Pesona pusat elektronik legendaris di ibu kota sejak 1980-an, Pasar Glodok, Jakarta Barat mulai redup. Kini pasar itu terlihat seperti 'mati' ditinggal zaman dengan kondisinya yang sangat sepi.
Berdasarkan pantauan detikcom di lokasi, Senin (13/11/2023), sekitar pukul 11.10 WIB suasana sepi sudah terasa saat melewati pintu utama guna memasuki gedung pasar. Lampu-lampu yang menyala redup seakan menunjukkan bagaimana kondisi pasar saat ini.
Beruntung gedung enam lantai ini memiliki fasilitas pendingin udara yang masih berfungsi dengan baik, membuat udara di area pasar tidak terasa panas meski terik matahari terasa sangat menyengat kulit di luar bangunan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di lantai dasar pusat elektronik ini, pengunjung langsung disuguhkan dengan sederet toko yang menjual sound sistem atau speaker. Banyak kotak-kotak sound sistem warna hitam yang terpajang di depan-depan toko yang buka.
Sayang, meski baru di lantai dasar, suasana terasa sangat sepi karena hampir tidak ada pengunjung yang datang berkeliling. Tidak hanya sepi pengunjung di lantai ini sudah terlihat ada cukup banyak toko yang tidak beroperasi dengan rolling door tertutup rapat.
Saking sepinya, bahkan di area tengah pusat perbelanjaan itu hampir tidak terlihat ada orang yang lalu-lalang membuat suasana sangat lenggang dan sunyi. Kondisi ini juga membuat para pedagang terlihat lesu tanpa memperhatikan kondisi sekitar.
Saat mengitari kawasan ini, detikcom merasa tidak ada penjual di toko yang menawarkan barang dagangannya. Kini di gedung tersebut yang terdengar bukanlah suara percakapan antara pedagang dan pembeli, melainkan suara decitan selotip yang ditarik oleh para pedagang untuk merekatkan kardus atau mengemas barang.
Naik ke lantai satu, terlihat suasana di lantai ini menjadi lebih sepi pengunjung. Toko-toko yang tutup juga terlihat semakin banyak di lantai ini. Bahkan sesekali hanya ditemui beberapa toko yang memutar lagu untuk memecah keheningan di area pasar.
Begitu pula saat menaiki lantai dua pasar. Kondisi di lantai ini menjadi lebih sepi dari lantai-lantai di bawahnya dan terdapat lebih banyak toko yang tutup. Bahkan semakin naik ke atas, semakin sepi suasana dengan jumlah toko tak beroperasi semakin banyak.
Di depan beberapa kios yang tutup itu, nampak pengumuman bertuliskan 'Dijual/Disewakan' terpasang. Ada pula beberapa kios yang ditempeli kertas pengumuman bertuliskan 'Ditutup Sementara' dari PD Pasar jaya. Artinya sebagian besar toko ini sudah benar-benar tidak beroperasi.
Semakin naik ke lantai atas semakin terasa suasana sepi pengunjung hingga penjual bak kuburan. Memasuki lantai 4 dan 5 pasar, di area ini suasana terasa sangat sepi, hampir bisa dikatakan kosong, dan lenggang membuat gedung tua ini terasa sangat horor.
Hanya ada beberapa kios yang masih buka, dan itu pun dijadikan pemiliknya sebagai gudang penyimpanan barang serta tempat untuk melakukan pengemasan. Akibatnya di kawasan ini hanya terdengar suara selotip yang berdecit ditarik-tarik.
Mati segan hidup tak mau, beginilah kondisi pasar yang menampung berbagai pedagang yang menawarkan barang berupa produk elektronik seperti komputer, speaker, CCTV, PlayStation, handy talky hingga telepon seluler dan jasa reparasi elektronik.
Tanggapan PD Pasar Jaya
Manager Humas PD Pasar Jaya, Agus Lamus, mengaku kondisi pasar ini memang sudah sepi sejak pandemi COVID-19 kemarin. Sejak saat itu pusat elektronik ini belum mengalami pemulihan dari jumlah pengunjung.
Ia menjelaskan dalam sehari jumlah traffic Pasar Glodok berkisar di 1.800 orang, yang terdiri dari penjual dan pengunjung. Namun dari jumlah itu, jumlah pengunjung yang datang hanya sekitar 400-500 orang per hari.
"(Jumlah traffic) di sana ada sekitar 1.800an per hari. Itu untuk pengusaha ya, kalau traffic pengunjungnya sehari 400-500 aja," kata Agus kepada detikcom.
Kondisi ini menunjukkan bagaimana jumlah penjual yang lalu-lalang di pasar jauh lebih besar dari pengunjung. Namun menurutnya kondisi ini tidak bisa dihindari mengingat bagaimana pola belanja masyarakat mulai beralih usai pandemi.
"Itu kan pasar tematis ya, pasar elektronik ya, jadi kondisi tenant memang sudah turun sejak masa pandemi yang lalu apalagi dengan kondisi yang sekarang yang di mana trennya kalau dagang di beberapa lokasi sudah tidak seramai dulu," jelasnya.
Karenanya sejauh ini pihak PD Pasar Jaya terus melakukan penyuluhan kepada para pedagang agar bisa bersaing di tengah gempuran online. Salah satunya adalah dengan melek digital dan ikut bersaing secara online.
Menurut Agus kondisi ini akan lebih menguntungkan bagi para pedagang mengingat mereka bisa berjualan secara offline atau langsung di pasar dan juga berjualan secara online.
"Besok saja kami akan mengadakan salah satu kegiatan literasi keuangan ya, financial, kemudian digitalisasi. Harapannya apa? Harapannya agar para pedagang kita juga dibekali dengan kemampuan di era sekarang, era digitalisasi," jelas Agus.
"Artinya gini, bisa jadi transaksional mereka sudah dari online dan sebagainya, sehingga pengunjung pasar bisa jadi berkurang tapi transaksinya tidak berkurang. Karena dengan era sekarang ini mereka harusnya mendapat dua peluang konsumen (offline dan online)," tambahnya.
Di luar itu, Agus mengaku hingga saat ini pihaknya masih mengamati kondisi pasar dan gaya belanja masyarakat untuk melakukan inovasi kedepannya. Terlebih tepat di dekat pasar ini pemerintah tengah membangun jaringan MRT fase 2.
Namun ia sendiri belum bisa memastikan inovasi apa yang bisa dihadirkan agar bisa menarik pengunjung untuk kembali menyambangi Pasar Glodok. "Tentu kita akan coba lihat nanti tren ke depannya gitu ya, karena kami juga berharap dan ingin agar para pedagang kita juga bisa tetap survive," jelas dia.
Lihat juga Video 'Review Kantin Chinese Food Halal di Pasar Glodok':
(kil/kil)