Sudah bukan rahasia lagi kalau Bulukumba, Sulawesi Selatan adalah daerah yang disebut sebagai tempat lahirnya kapal pinisi. Sebab di sini, lebih tepatnya di Tanah Beru, Kecamatan Bonto Bahari, Bulukumba, menyimpan banyak tangan terampil penghasil kapal pinisi.
Salah satunya adalah Rusdi Mulyadi. Pria yang kerap dikenal dengan sebutan H.Ully ini mengaku sudah puluhan tahun berkiprah di dalam pembuatan kapal pinisi. Hasil buatannya pun tidak perlu diragukan, karena kapal pinisi buatannya sudah melanglang buana hingga China bahkan Spanyol.
Beberapa waktu lalu, Kepada tim detikcom, H.Ully pun membagikan cerita awal mula dirinya bisa memproduksi kapal pinisi. Ia mengaku hal tersebut dimulai sejak dirinya duduk di bangku SMA. Saat itu, ia kerap membantu ayahnya yang ternyata juga seorang perajin dan pembuat kapal pinisi.
"Usaha turun-temurun dari bapak. Awal mula pekerjaan saya itu, waktu itu ikut-ikut bapak saat SMA sejak tahun 1992. Setelah (bapak) meninggal saya lanjut. Saya untuk pekerjaan kapal jujur nggak mengerti, tapi untuk mengatur (membuat) kapal dari 0 saya bisa," cerita H.Ully.
Untuk membuat sebuah kapal pinisi dengan ketahanan dan kualitas yang baik, H. Ully pun memastikan bahan-bahan yang digunakan dirinya adalah bahan-bahan yang terbaik. Badan kapal pinisi buatannya pun menggunakan kayu dari pohon kayu besi yang diambil langsung dari Kendari dan Buton Sulawesi Tenggara.
"Badan kapal menggunakan kayu besi. Pakai kayu besi karena kokoh, kuat, dan untuk ketahanan di laut awet. (untuk) kerangka kapal (pakai) kayu biti, kayu lokal, dan untuk kamar-kamar bangunan (pakai) kayu jati," terang H.Ully.
H.Ully melanjutkan ketangguhan kapal pinisi yang dibuat dari kayu ini tidak perlu diragukan. Sebab menurutnya sepanjang sejarah belum ada cerita cerita kapal pinisi yang karam karena terhantam badai.
"Keunggulan kapal kayu terutama phinisi ketangguhan mengarungi samudra. Kapal kayu beda dari kapal besi, kapal kayu dalam mengarungi lautan, lambunya lebih fleksibel. Orang bilang lentur, kayu lebih tangguh. Jujur saja kapal yang dihantam badai, itu (kapal dengan bahan) besi. Kalau kapal kayu (benar) menghantam karang dan patah, tapi (karam karena menghantam) badai belum ada sejarahnya," jelas H.Ully.
Soal harga jual kapal pinisi, H.Ully menjelaskan itu semua tergantung ukuran kapal yang dipesan oleh pembeli. Itu karena semua disesuaikan dengan bahan-bahan yang digunakan dan lama proses pengerjaan kapal.
"Yang pernah saya kerjakan paling murah Rp 850 juta yang paling mahal Rp 10,5 miliar. Sekarang (penjualannya) masih menurun karena terdampak COVID-19 kemarin. Tapi insyallah sudah mulai normal kembali," paparnya.
Berbeda dari sistem jual beli pada umumnya, H.Ully juga menceritakan sistem jual beli dalam produksi kapal biasanya menggunakan sistem DP atau panjer. Biasanya orang-orang yang memesan akan membayar DP 35% di awal pemesanan. Sisa pembayarannya itu didasarkan pada lama pengerjaan kapal yang biasa 1 tahun untuk proses pengerjaan kapal pinisi berukuran besar.
Kendati demikian, dari proses produksi satu kapal, H.Ully mengaku bisa untung minimal 25% dari penjualan dan cukup untuk membiayai 8 orang tenaga kerja yang membuat kapal tersebut.
Berlayar Mengarungi Samudra hingga Spanyol
H.Ully mengatakan untuk lama pengerjaan kapal pinisi tergantung dari jenis kapal yang dipesan. Biasanya untuk kapal kecil membutuhkan waktu 2-5 bulan, dan untuk kapal sedang hingga besar membutuhkan waktu hingga 1 tahun.
Meskipun membutuhkan proses waktu yang lama, H.Ully mengaku senang dan bangga jika kapal buatannya sudah jadi dan berhasil berlayar di lautan lepas. Ia pun mengatakan ada beberapa kapal pinisi buatannya yang paling berkesan dan membekas dalam ingatan. Di antaranya adalah kapal Papua Explorer di Raja Ampat.
"Paling berkesan Papua explore di Raja Ampat (seharga) Rp 15 miliar 7 tahun yang lalu. Dia (pemilik kapal) sangat berterima kasih dengan hasil karya yang saya kerjakan," cerita H.Ully.
Ia membeberkan kapal Papua Explorer tersebut merupakan salah satu kapal pinisi besar yang memiliki panjang 40 meter dengan lebar 9 meter. Kapal tersebut memiliki 8 kamar tamu dan digerakkan menggunakan mesin mitsubishi.
"Dan jujur kapal itu sangat lancar. (saya) baru di info, 6 tahun ke depan (kapal Papua Explorer) sudah full booking. Ke depan dia (pemilik kapal Papua Explorer) mau pesan lagi," jelas H.Ully.
H.Ully menambahkan 6 tahun lalu ia juga mengerjakan kapal pinisi buatan orang Turki. Kini paling minim kapal yang dibuatnya bernilai seharga Rp 28 miliar dan berlayar hingga China. Kapal tersebut adalah pesanan orang Indonesia, lebih tepatnya orang Bugis yang tinggal di Surabaya.
"Dulu (juga mengerjakan kapal pinisi) orang Spanyol. Setelah selesai berlayar ke Spanyol, tidak melihat lagi kecuali ada program F1 kelihatan itu kapalnya. (Ada moment) kamera menyorot, ada kapal itu," terang H.Ully.
Sebagai informasi, pembuatan kapal pinisi merupakan salah satu klaster atau kelompok usaha binaan BRI. Selama menjalani usaha pembuatan kapal pinisi ini, H.Ully mengaku berterima kasih karena kehadiran BRI kerap membantu perkembangan pengrajin kapal pinisi yang ada di Bulukumba.
"Alhamdulillah BRI percayakan kami mengembangkan usaha," kata H.Ully.
Diketahui, detikcom bersama BRI tengah mengadakan program Jelajah Desa Brilian yang mengulas potensi dan inovasi desa di Indonesia baik dari segi perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata serta dampaknya terhadap masyarakat lokal maupun nasional. Untuk mengetahui informasi program Desa BRILian lebih lanjut, ikuti terus informasinya hanya di jelajahdesabrilian.detik.com!
Simak Video "Video: Pinisi Tenggelam di Perairan TN Komodo, Angkut 8 Turis Asing"
(ega/ega)