Ini Tanaman 'Kontroversial' yang Dicap Lebih Cuan dari Sawit dan Karet

Terpopuler Sepekan

Ini Tanaman 'Kontroversial' yang Dicap Lebih Cuan dari Sawit dan Karet

Ilyas Fadilah - detikFinance
Sabtu, 09 Des 2023 12:45 WIB
Sebagian besar masyarakat Kapuas Hulu mengantungkan hidupnya dari tanaman kratom, terlebih saat pandemi COVID-19. Tak terkecuali bagi Yohanes yus Ady, warga Bika, Kapuas Hulu.
Foto: Rachman_punyaFOTO
Jakarta -

Ketua Umum Pimpinan Pusat Perkumpulan Pengusaha Kratom Indonesia (Perkrindo) Yosef mengklaim tanaman kratom lebih menguntungkan dibanding sawit dan karet. Ia menyebut dengan modal yang lebih sedikit, kratom bisa menghasilkan uang lebih banyak.

Dari hitungannya, kratom dapat menghasilkan Rp 25 juta per bulan dengan asumsi 2.500 pohon per hektare. Sementara karet menghasilkan Rp 1,5 juta per bulan dengan asumsi 1.000 pohon per hektare, dan asumsi kerja 15 hari per bulan.

Lalu sawit menghasilkan sekitar Rp 4,5 juta per bulan dalam satu hektare. Pertimbangannya jumlah panen dalam satu hektare kebun sawit mencapai 2-3 ton dan harga Tandan Buah Segar (TBS) di kisaran Rp 1.300-1.500 per kilogram.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau sawit itu kurang lebih Rp 4,5 juta per bulan per satu hektare. Dengan estimasi 2-3 ton per hektare, kalau harganya Rp 1.000-an lebih, Rp 1.500 sampai Rp 1.300. Kalau kratom Rp 25 juta per hektare per bulan, asumsi 2.500 batang," ujarnya dalam Audiensi dengan Komisi IV DPR RI, Senayan Jakarta, Senin (4/12/2023).

Dilihat dari segi modal, tanaman endemik Kalimantan ini disebut hanya membutuhkan investasi Rp 15 juta hingga masa panen. Sementara sawit butuh Rp 60 juta per hektare hingga masa panen, sementara karet Rp 22 juta per hektare sampai masa panen.

ADVERTISEMENT

"Kratom investasi sampai masa panen Rp 15 juta sampai panen. Kalau karet itu Rp 22 juta per hektare sampai panen," tambahnya.

Untuk jangka waktu panen kratom cukup bervariasi antara 1-3 bulan sekali. Satu pohon bisa menghasilkan sekitar 2 kilogram. Sementara untuk pohon yang berusia di atas 5 tahun, hasil panen bisa mencapai puluhan hingga ratusan kilo.

"Kalau misalkan per pohonnya 2 kilo dalam jumlah pohon 2.500 batang, itu panen pertama 5.000 kilogram, 5 ton, dikali Rp 5.000 harga daun basah per kilogram, ini harga minimal, itu 1 bulan Rp 25 juta," bebernya.

Sebagai informasi, beberapa pihak belakangan mempertanyakan soal ekspor kratom. Saat ini, tanaman tersebut masih dalam penelitian lantaran di Indonesia tanaman itu disebut-sebut masuk kategori narkotika golongan I. Kratom adalah tanaman herbal yang masuk dalam kategori New Psychoactive Substances (NPS).

Selama ini kratom diperbolehkan ekspor ke luar negeri, salah satu pasarnya adalah Amerika Serikat. Kementerian Perdagangan menyatakan keran ekspor tanaman kratom dari Indonesia masih terus dibuka hingga saat ini.

Adapun pohon kratom sendiri bisa ditebang dan dijual dalam bentuk kayu. Pohon ini diperkirakan bisa tumbuh hingga 35 meter dengan diameter antara 80-120 cm dalam kurun waktu 10-15 tahun.

Pengusaha meyakini, satu pohon kratom bisa menghasilkan 1-2 kubik kayu dengan harga sekitar Rp 450 ribu. Artinya jika dalam satu hektare terdapat 2.500 pohon, perkiraannya bisa menghasilkan 3.700 kubik kayu sehingga totalnya mencapai sekitar Rp 1,5 miliar.

Saksikan Video: KuTips: Tips Jawab Pertanyaan 'Mau Gaji Berapa?' Saat Interview Kerja

Saksikan juga Sosok pilihan minggu ini: Bagus Utomo, Pemberantas Stigma Skizofrenia

[Gambas:Video 20detik]

(ily/eds)

Hide Ads