Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan penyebab alasan Indonesia masih kesulitan dalam ekspor ikan. Menurutnya, cara penangkapan Indonesia masih belum bisa dikendalikan.
Hal ini disimpulkannya saat melakukan benchmarking ke beberapa negara, seperti Eropa, China, dan Jepang. Pria yang akrab disapa Trenggono ini bercerita bahwa negara Eropa pun tidak dapat mengekspor satu ikan ekor, bahkan di negara-negara Eropa sekitarnya.
"Event satu ekor ikan pun kenapa nggak bisa di ekspor ke Eropa lainnya, sementara kita impor salmon gitu. Kita kenapa nggak bisa? Di Jepang saya dapat informasinya. Ternyata karena cara penangkapan di Indonesia masih barbar," kata Trenggono dalam acara Konferensi Pers Outlook & Program Prioritas Sektor Kelautan dan Perikanan, Rabu (10/1/2024).
Mendengar hal tersebut, Trenggono langsung terdiam. Dia pun mengakui bahwa cara penangkapan antara di Jepang dan Indonesia ternyata berbeda.
Di negeri tersebut, Trenggono menjelaskan penangkapan ikannya berdasarkan pada permintaan pasar. Alhasil, nelayan-nelayan di sana telah mengetahui jenis ikan apa yang akan ditangkap.
Dengan begitu, saat mendarat ikan tangkapan mereka telah terjual habis. Sementara di Indonesia sendiri tidak menerapkan cara penangkapan yang terukur. Semua jenis ikan ditangkap.
"Kalau di luar rata- tiga puluh GT, nggak besar-besar banget (kapal). Mereka sudah tahu mereka akan menangkap jenis-jenis ikan apa sesuai yang dibutuhkan oleh pasar. Sehingga waktu mendarat sudah laku semua. Kalau kita enggak. Semua ikan yang mau jenis apa saja apa diambil semua," lanjutnya.
Dengan cara penangkapan seperti itu, Trenggono pun khawatir dengan dampak yang akan terjadi ke depannya, yakni semua jenis ikan hingga biota laut akan punah. Untuk itu, dia membuat kebijakan penangkapan ikan terukur. Hal ini sebagai langkah untuk menjaga populasi ikan dan sebagai perlindungan ekologi
"Dampaknya memang tidak sekarang. Dalam kurun waktu yang panjang, biota, jenis-jenis perikanan pasti akan habis. Nah inilah kemudian yang mendasari selama dua tahun kita merancang suatu kebijakan untuk menjaga populasi benar terjaga dengan baik, kemudian keluar penangkapan ikan secara terukur berbasis kuota," jelasnya.
(rrd/rir)