Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkap kondisi pangan dunia saat ini. Menurut data yang dia pegang sudah ada 10 negara yang mengalami kondisi kelaparan serius, di mana terdapat 735 juta penduduk kelaparan.
Hal ini diungkapkan dalam sambutannya di acara Entry Meeting Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan 2023, di Auditorium Kementan, Jakarta Selatan, Rabu (17/1/2024) kemarin.
"Kondisi pangan dunia sudah 10 negara kelaparan serius, sudah 735 juta penduduk dunia kelaparan," kata Amran dikutip, Kamis (18/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amran mengungkap ada 44 negara yang saat ini terancam kelaparan karena krisis pangan dan energi. Untuk Indonesia sendiri, menurut data yang ia dapat ancaman krisis pangan sebesar 16%-17%.
"Indonesia terancam 17%-16% yang rentan untuk kelaparan. Negara yang terancam kelaparan 44 negara saat ini krisis pangan dan energi. Dunia sedang tidak baik. Pemanasan global sudah terjadi meningkat dari 1,2 derajat menuju 1,5 derajat," ungkapnya.
Ancaman lainnya yang mempengaruhi pangan adalah El Nino. Cuaca ekstrem itu, menurut Amran sudah pada level Gorila El Nino, di mana sudah di atas kondisi super El Nino. Dikutip dari detikedu, El Nino bisa dikatakan mencapai level gorila, jika tingkatan suhunya sudah melebihi normal.
"El nino posisi sekarang Gorila El Nino. El Nino itu ada, El Nino, Super El Nino, Gorila El Nino yang sekarang terjadi hari ini," ungkapnya.
Krisis pangan sendiri disebut lebih berbahaya dibandingkan ekonomi dan kesehatan. Karena menurut Amran, krisis pangan akan berdampak pada krisis politik dan konflik sosial.
"Kalau krisis ekonomi biasanya komoditas ekspor mendominasi, kalau krisis kesehatan pakai masker bisa menyelesaikan masalah. Krisis pangan itu bisa melompat pada krisis politik dan terjadi konflik sosial di antara kita, krisis pangan ini sangat vital," ucapnya.
Untuk itu, pemerintah terus menggenjot produksi dalam negeri dan menargetkan bisa swasembada pangan lagi pada 2026 mendatang. Hal ini dilakukan agar ketahanan pangan Indonesia semakin kuat dan tidak terdampak krisis pangan.
Demi mencapai itu, luasan tanam padi harus terus diperluas hingga di atas 1 juta hektare (ha). Pada paparannya target penanaman pada 2024 sebesar 1 juta ha dengan kapasitas produksi naik 2,5 juta ton. Hal ini diharapkan mengurangi impor. Tahun 2025 luasan tanam 2 juta ha dan produksi bertambah 5 juta ton. Kemudian 2026 luasan tanam 3 juta ha, menambah produksi 7,5 juta ton. Pada 2027 luasan tanam 4 juta ha dan menambah produksi 10 juta ton.
"Mimpi kami kita bersama adalah kita ingin 1 juta ha tahun ini. Mudah-mudahan bisa jadi 2025 1 juta ha, 2026 bisa swasembada kembali 2026 paling lambat. Dan 2027 ini berlanjut 5 juta ha itu bisa ekspor dan bisa memberi pangan dunia," ujarnya.
Demi menggenjot produksi, Kementan juga berencana untuk meningkatkan alat mesin pertanian (alsintan) dengan lebih modern. Ada sejumlah alat yang akan digunakan dan diimplementasi kepada petani agar proses tanam lebih cepat, lebih luas, dan produksi meningkat.
Salah satu alat yang akan digalakkan rice transplanter yang dinilai proses tanamnya tidak lagi manual dan bisa menanam padi 20 menit untuk satu hektare. Dengan alat ini petani juga bisa memangkas biaya tanam lebih dari 50%.
"Traktor ini jalan sendiri tidak menggunakan operator. Kalau bisa nantinya 10 tahun bisa sejajar dengan Jepang target kita. Kita bisa bayangkan biaya tanam Rp 5 juta per ha, pakai tangan. Jadi Rp 150 ribu per orang. Dengan ini bisa menjadi Rp 2 juta per ha. Ini bisa tanam hanya dikontrol di bawa pohon," ungkapnya.
Selain rice transplanter, Kementerian Pertanian (Kementan), disebut Amran, saat ini juga tengah menggiatkan penggunaan combine harvester. Alsintan yang digunakan untuk panen ini memiliki 3 fungsi yaitu sebagai alat panen, alat perontok padi dan juga sebagai alat pembajak sawah.
Simak juga Video 'Kepala BMKG Dorong Kolaborasi ASEAN Hadapi Ancaman Krisis Pangan':