Mogok Kerja Besar-besaran Belum Usai, Ekonomi Jerman Terancam Ambruk

Mogok Kerja Besar-besaran Belum Usai, Ekonomi Jerman Terancam Ambruk

Retno Ayuningrum - detikFinance
Kamis, 25 Jan 2024 12:23 WIB
A Deutsche Bahn train stands at Cologne Central Station during a strike led by Germanys GDL train drivers union, demanding wage increases and a shorter working week, in Cologne, Germany January 24, 2024. REUTERS/Jana Rodenbusch
Foto: REUTERS/JANA RODENBUSCH
Jakarta -

Jerman harus bersiap menghadapi guncangan di sektor transportasi hingga perekonomian akibat demonstrasi besar-besaran yang dilakukan para masinis kereta api. Masinis kereta api yang tergabung dalam Serikat Masinis Jerman (GDL) kembali melakukan aksi mogok kerja.

Melansir dari CNN International, Kamis (25/1/2024), aksi tersebut berdampak pada rencana perjalanan, menghambat rantai pasokan, dan memberikan gangguan baru terhadap perekonomian. Dalam bulan ini, GDL telah melakukan aksi kedua kalinya karena perselisihan upah dengan Perusahaan Kereta Api Deutsche Bahn.

Operator kereta api milik negara tersebut mengatakan tindakan ini akan menyebabkan penundaan dan pembatalan layanan KRL regional dan kota hingga Senin mendatang. Pengiriman barang juga terkena imbasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Manajemen Deutsche Bahn menjelaskan tiket yang dipesan sebelumnya akan tetap berlaku untuk perjalanan berikutnya selama aksi mogok kerja berlangsung. Penumpang juga dapat juga membatalkan pesananya dan menerima pengembalian dana penuh.

Menurut Kantor Statistik Jerman menyebut aksi terlama sepanjang sejarah Deutsche Bahn ini akan menambah tekanan di sektor manufaktur di Jerman. Di mana sektor tersebut tengah terlilit sejumlah masalah, seperti tingginya biaya bahan bakar, penundaan rantai pasokan, hingga kenaikan suku bunga. Hampir seperlima dari seluruh angkutan barang di Jerman menggunakan kereta api.

ADVERTISEMENT

Tahun lalu, produksi industri yang didominasi oleh manufaktur mengalami kontraksi sebesar 2% pada tahun 2023. Hal ini menjadi guncangan besar terhadap perekonomian negara tersebut secara keseluruhan.

Sementara itu, Asosiasi Industri Otomotif Jerman menambahkan sebagian besar dari 16.000 kendaraan yang dibuat di Jerman setiap hari kerja juga diangkut dengan kereta api. Juru bicara asosiasi tersebut memperingatkan gangguan ini akan meluas ke luar Jerman.

"Peralihan jangka pendek dari kereta api ke transportasi jalan raya sangatlah sulit. Perselisihan upah yang sedang berlangsung merugikan Jerman sebagai lokasi bisnis. Kami menghimbau semua pihak yang terlibat untuk segera kembali ke meja perundingan dan mencari solusi," kata seorang juru bicara.

Sebelumnya, Juru Bicara Deutsche Bahn Anja Broker telah meminta GDL untuk beraudiensi terkait masalah ini pada Selasa (23/1) lalu. Mereka menawarkan kenaikan upah hingga 13% dan pengurangan jam kerja.

Kenaikan upah itu akan dilakukan secara bertahap. Pertama, sebesar 4,8% akan diterapkan pada bulan Agustus. Kedua, kenaikan sebesar 5% berlaku di April 2025. Kemudian, bulan Januari 2026 para masinis dapat memilih mengurangi jam kerja menjadi 37 jam selama seminggu dan kenaikan upah sebesar 2,7%.

Namun, Serikat GDL telah menolak tawaran itu. Serikat pekerja menginginkan pengurangan jam kerja dari 38 menjadi 35 jam per minggu tanpa adanya pengurangan gaji. Pemerintah juga meminta kenaikan gaji sebesar €555 atau setara US$ 603 (senilai Rp 9,5 juta dengan kurs Rp 15.783) per bulan dan bonus sebesar €3.000 atau US$ 3.260 (senilai Rp 51,4 juta).

"Deutsche Bahn sekali lagi menunjukkan bahwa mereka terus melakukan penolakan dan konfrontasi, tanpa ada tanda-tanda kesediaan untuk mencapai kesepakatan," kata ketua serikat buruh Claus Weselsky.

Di sisi lain, rantai pasokan Jerman sudah mengalami kesulitan akibat krisis di Laut Merah. Awal bulan ini, Tesla mengatakan akan menghentikan produksi di pabrik besarnya di dekat Berlin selama dua minggu mulai tanggal 29 Januari imbas serangan kapal kontainer di Laut Merah.

Dalam skenario terburuk, kerugian akibat pemogokan kereta api bisa mencapai €1 miliar atau US$1,09 miliar (senilai Rp 17,2 triliun) atau kurang dari 1% PDB tahunan Jerman.

Simak juga Video 'Penampakan Traktor Petani Blokade Jalan Raya di Jerman':

[Gambas:Video 20detik]



(rrd/rir)

Hide Ads