BPS Catat Harga Beras Naik di 179 Kabupaten/Kota!

BPS Catat Harga Beras Naik di 179 Kabupaten/Kota!

Samuel Gading - detikFinance
Senin, 19 Feb 2024 17:12 WIB
Harga beras mulai merangkak naik sejak November 2023. Kini harga beras medium dan premium telah melampaui harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah.
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga beras terjadi di setidaknya 179 kabupaten/kota. Rata-rata harga beras menyentuh angka mencapai Rp 14.380 alias naik 2,92% dibandingkan Januari lalu.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, kenaikan harga beras terus terjadi pada awal Februari 2024. Pada pekan pertama Februari, harga rata-rata beras naik 0,93% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara dan pekan kedua Februari, harga beras naik 1,65% ketimbang Januari.

"Jadi, kita lihat di minggu ketiga Februari 2024, kenaikan harga beras mencapai 2,92% dibandingkan Januari 2024. Dan harga beras ini di minggu ketiga Februari 2024 secara rata-rata mencapai Rp14.380 per kg dan kenaikan harga beras ini terjadi 179 kabupaten/kota," ungkap Pudji dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, dikutip dari YouTube Kemendagri, Senin (19/2).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pudji pun mencatat harga beras di sekitar 20% wilayah Indonesia lebih tinggi dari harga rata-rata nasional pada pekan ketiga Februari 2034. Kenaikan harga beras pun cukup drastis pada minggu sebelumnya.

"Jadi, kalau kita lihat terlihat bahwa harga beras di Februari minggu ketiga meningkat cukup tinggi dibandingkan minggu kedua Februari 2024, (naik dari Rp14.166 per kg ke Rp14.380 per kg)," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Kendati demikian, Pudji mengatakan Indonesia akan mengalami fenomena surplus beras pada Maret 2024. Namun, produksi beras disinyalir akan lebih sedikit dari periode yang sama dibanding tahun sebelumnya.

Sebab pada Maret 2023 jumlah panen mencapai sebanyak 5,13 juta ton beras. Adapun pada 2034, diperkirakan akan ada 3,51 juta ton beras.

Oleh karena itu, Pudji menyarankan percepatan tanam dan optimasi lahan pertanian dilakukan.

"Sehingga kalau kita bandingkan antara konsumsi dengan produksi, maka surplus yang akan terjadi pada Maret 2024 ini jauh lebih rendah dibandingkan surplus Maret 2023," pungkasnya.

(das/das)

Hide Ads