"Jadi kalau prediksi INDEF, bukannya pesimis tapi realistis, untuk pertumbuhan ekonomi 2024 diprediksi 5,2% tapi INDEF memprediksi hanya 4,8% melihat kondisi global dan domestik. Ini moderat. Bukan pesimis," ungkap Direktur Eksekutif INDEF Esther Sri Astuti dalam agenda detikcom Leaders Forum "Memantau Peluang di Tengah Ketidakpastian Ekonomi di Samisara Ballroom, Sopo Del Tower, Jakarta Selatan, Kamis (14/3/2024). Acara ini didukung oleh PT KB Bank Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk.
Esther kemudian menjelaskan salah satu faktor yang membuat pertumbuhan ekonomi tidak akan mencapai angka 5% adalah konsumsi rumah tangga. Ia menjelaskan sudah menjadi pengetahuan umum bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh konsumsi rumah tangga, jumlahnya saat ini sekitar 53% dari total kue pertumbuhan ekonomi.
Yang jadi persoalan, ia menjelaskan bahwa Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam aspek ekonomi rumah tangga. Harga bahan pangan sedang naik, di sisi lain, minimnya pasokan bahan pokok tidak selaras dengan tingginya permintaan masyarakat.
"Pasokan kurang permintaan tetap saja itu membuat harga naik. Apalagi pasokan kurang, demand meningkat plus ada faktor musiman pemilu, Ramadan, dan Lebaran," jelasnya.
Oleh sebab itu, ia mengatakan bahwa tergerusnya daya beli konsumen turut membuat sektor konsumsi rumah tangga melambat. Oleh sebab itu, ia menegaskan INDEF mensinyalir Indonesia dalam waktu dekat akan mengalami pelambatan pertumbuhan ekonomi.
"Pasokan kurang dan demand meningkat membuat daya beli konsumen dan membuat sektor konsumsi melambat. Dan akhirnya, karena 53% pertumbuhan ekonomi di-drive sektor konsumsi rumah tangga, maka prediksi kami adalah pelambatan pertumbuhan ekonomi," pungkasnya.
Tonton juga Video: Survei LSI Ungkap Kondisi Ekonomi RI Masih Dipandang Buruk
(ara/ara)