Cerita Muda-mudi Kuningan Rela Tinggalkan Kampung Demi Usaha Warkop

Ilyas Fadilah - detikFinance
Minggu, 17 Mar 2024 19:15 WIB
Foto: Ilyas Fadilah/detikcom
Jakarta -

Warung kopi (warkop) yang kerap ditemui di Jakarta atau kota-kota lainnya umumnya dikelola oleh orang Kuningan. Warkop dengan ciri khas berwarna kuning-hijau dan buka 24 jam ini menjual berbagai makanan dan minuman.

Bukan tanpa alasan banyak warkop dikelola oleh orang Kuningan. Menurut Dul, salah satu pengelola warkop di Tegal Parang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, banyak pemuda di kampungnya merantau dan bekerja di kedai warkop.

Menurut pengakuannya tidak sedikit orang di kampungnya sukses berkat usaha ini. Alhasil banyak pemuda tertarik merantau dan menjalankan bisnis warkop.

"Soalnya kan banyak yang lihat órang kan 'oh dia tuh sukses kerjanya', kebanyakan yang sukses (di kampung Dul) dari warkop," kata pria yang berasal dari Kecamatan Luragung, Kuningan, Jawa Barat ini kepada detikcom, Jumat (15/3/2024).

Dul menyebut banyak pemuda di desanya merantau hingga ke Yogyakarta, Magelang, Solo, Bandung, Jakarta, dan Bogor. Ia sendiri mengaku diajak oleh kakaknya untuk bekerja di warkop.

"Nyebar mereka, kalau di desa saya pada ke Yogya, Magelang, Solo, daerah Bandung, Depok, Bogor, Majalengka juga ada," imbuhnya.

Pria berusia 26 tahun ini menambahkan, pemuda di kampungnya juga siap menjadi pengganti jika ada karyawan di Jakarta yang memilih libur. Biasanya Dul menghubungi orang di lingkaran pertemanannya di Kuningan.

"Kalau misalnya karyawan saya atau saya mau pulang, saya cari pengganti yang lain. Udah ada di kampung penggantinya. Jadi misalnya temen saya di sini mau pulang, kita tuh nyari dulu (penggantinya). Misalkan di kampung kita informasiin ke teman, kalau ada yang mau, berangkat tanggal sekian. Mau dia walau sementara, ongkos jajan dari kita," bebernya.

Senada, Farhan, penjaga warkop lainnya menyebut banyak orang kuningan yang merantau dan bekerja di Warkop. Menurutnya banyak penyak pemuda di kampungnya merantau ke luar kota dan bekerja di usaha ini.

"Hampir semuanya (di kampung Fahmi) kerja di warkop. Ada yang di warmino, ada yang di warkop. Kalau nggak ke Jakarta ke Yogya ada," ungkap dia.

Terjunnya Fahmi ke usaha ini tak lain karena diajak bosnya sesama orang Kuningan. Menurutnya warkop Kuningan cukup mendominasi di sekitar Jakarta.

Adapun dalam sehari Farhan mengaku bisa meraup Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta per hari dari berdagang roti bakar, kopi, pisang goreng, mie instan, dan lainnya. Sementara modal yang dikeluarkan untuk merintis bisnis ini berkisar Rp 50 jutaan.

"Modal itu urusan bos si, tapi paling Rp 50 jutaan untuk sewa, kos, beli barang-barang. Omzet perhari kadang kalau ramai Rp 1 juta ada, kalau sepi kadang Rp 300 sampai Rp 500 ribu," sebutnya.

Sementara itu Dul menyebut modal yang dibutuhkan untuk berbisnis warkop berkisar Rp 60 jutaan untuk sewa hingga dekorasi tempat. Dengan modal itu ia bisa meraup omzet antara Rp 400 ribu hingga Rp 1 juta per hari.




(ily/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork