Awalnya Ikut Pelatihan Sembunyi-sembunyi, Pemuda di Ujung RI Bisa Dapat Kerja

Moch Prima Fauzi - detikFinance
Selasa, 19 Mar 2024 17:09 WIB
Foto: dok. Moch Prima Fazui/detikcom
Talaud -

Wendriaty Laune Mangole (34) menempuh jarak hampir 100 km dari desanya di Bannada menuju Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud. Ia datang ke Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Talaud guna menghadiri acara Temu Alumni yang diselenggarakan oleh Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja

Sebanyak 30 peserta, termasuk Wendriaty, hadir dalam acara tersebut. Mereka merupakan alumni atau masyarakat yang pernah merasakan manfaat pelatihan yang difasilitasi oleh program Prakerja. Adapun Wendriaty merupakan alumni Prakerja gelombang ke-15 pada tahun 2021.

Kepada Bupati Kabupaten Kepulauan Talaud Elly Engelbert Lasut, Sekda Kabupaten Kepulauan Talaud Yohanis B. Kamagi, Jajaran Forkopimda Kabupaten Kepulauan Talaud, serta Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari, Wendriaty menceritakan kisahnya mengikuti program Prakerja.

Wendriaty mengungkapkan awalnya ia tertarik mengikuti pelatihan Prakerja karena ingin mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Ia tak tahu kalau saldo pelatihan yang diberikan pemerintah tidak bisa dicairkan.

"Saya ikut Prakerja awalnya iseng-iseng karena lihat di Google ada uangnya. Saya pikir kalau saya lulus saya bisa cairkan. Kebetulan saya ibu rumah tangga," ujarnya di Aula Rumah Bupati Kabupaten Talaud, belum lama ini.

Setelah mengetahui saldo pelatihan tidak bisa dicairkan, Wendriaty pun menggunakannya untuk mengikuti beberapa pelatihan online yakni pelatihan bahasa Mandarin dasar, kemudian pelatihan bartender untuk meracik kopi. Terakhir ia mengikuti kelas pelatihan Microsoft Excel sebagai bekal untuk mencari pekerjaan usai lulus S2 di salah satu kampus di Surabaya.

Berkat mengikuti pelatihan Microsoft Excel tersebut ia berhasil mendapat pekerjaan menjadi staf administrasi di SMA Negeri 2 Gemeh dengan status kepegawaian sebagai tenaga harian lepas dari Pemprov Sulawesi Utara.

Alumni Prakerja dari Kabupaten Kepulauan Talaud, Wendriaty. Foto: dok. Moch Prima Fazui/detikcom

"Karena kebetulan masih menganggur (setelah lulus kuliah). Karena ini pun saya istri tentara, suami awalnya nggak kasih kalau kerja," ungkapnya kepada detikcom di acara yang sama.

Meski kini tak lagi menganggur, proses untuk mendapat pekerjaan yang dilalui Wendriaty tak mulus. Selain masalah teknis seperti hilang sinyal, awalnya ia pun harus secara sembunyi-sembunyi karena suami tak memberi izin bekerja.

"Di kampung itu kalau mati lampu nggak ada jaringan. Cuman kan kadang di sini tuh mati lampunya dari pagi baru nyala sore," kata Wendriaty.

Agar tetap bisa mendapatkan pelatihan secara online, Wendriaty terkadang ikut suaminya ke Kodim 1312/Talaud hanya untuk mendapatkan jaringan internet yang lancar. Terkadang juga ia mengajak suaminya berbelanja ke Kecamatan Beo, tempat di mana internet lebih lancar tersedia. Tentunya, ia tak memberi tahu suami bahwa sebenarnya ia akan mengikuti pelatihan online.

Namun Wendriaty merupakan wanita gigih. Berbekal tekad ingin membahagiakan dan membanggakan orang tua, ia pun mantap mengambil risiko. Hingga pada akhirnya sang suami tetap mendukungnya bekerja.

"Motivasinya mau banggain orang tua saja. Terus mau buktiin ke suami kalau saya bisa. Saya maunya, hati kecil itu pengin kerja sendiri, pengin punya penghasilan sendiri biar saya itu bebas kasih ke orang tua," tuturnya sembari berkaca-kaca.

"Kan kalau gajinya suami, kita sebagai perempuan itu, memang suami nggak marah, suami baik, tapi kitanya perasaannya tidak enak gitu ngasih orang tua," sambungnya.

Malahan setelah berhasil mendapatkan pekerjaan Wendriaty berencana melanjutkan pendidikan S3 di India. Ia terpanggil untuk mempelajari sejarah dan asal-usul desanya, Bannada, yang konon sebagai kampung tertua dan menjadi asal-usul dijulukinya Kabupaten Kepulauan Talaud sebagai Bumi Porodisa.

Jadi Bendahara Desa Berkat Prakerja

Manfaat pelatihan dari program kartu Prakerja juga dirasakan oleh Wirasto Tanyatan (31). Meski tak lulus kuliah, kini ia bisa bekerja sebagai bendahara desa. Meski pada awalnya ia mendapatkan stigma tak baik di keluarga, namun ia membuktikan bahwa ia pun bisa mendapatkan pekerjaan yang layak.

"Saya dulu ada pengalaman, saya punya kakak itu dia sempat bicara nggak enak. Saya dulu kan waktu SMA di Manado. Saya hobi dulu main game, rental PS, warnet, game apa yang dulu saya tidak tahu, kemudian cuma itu install-install laptop. Jadi dari pekerjaan saya itu kakak saya marah kalau kamu model seperti ini kamu cuma buang-buang uang orang tua saja," ungkapnya.

Namun pada awalnya ia mendapatkan kemampuan Microsoft Excel dasar dari sang kakak. Malahan, kini ia secara bergantian yang mengajari kakaknya mempelajari Microsoft Excel yang didapat dari pelatihan secara online.

"Nah, kemudian saya diajari kakak saya. Kebetulan beliau lulusan D4 Politeknik Manado. Dia pelan-pelan mengajari saya yang namanya excel. Diajari rumus-rumus SUM, IF dan sebagainya. Dari situlah saya mulai belajar," jelas Wirasto.

Wirasto, alumni Prakerja dari Kabupaten Kepulauan Talaud. Foto: dok. Moch Prima Fazui/detikcom

Wirasto merupakan alumni Prakerja gelombang ke-6 pada 2020. Ia mengikuti pelatihan online mengenai Microsoft Excel khususnya penerapan rumus pivot dan makro. Sama seperti Wendriaty, Wirasto pada awalnya ikut pelatihan Prakerja karena tertarik mendapatkan insentif. Namun kemudian ia pun tertarik mengikuti pelatihan untuk menambah skill sebagai bekal mencari pekerjaan yang lebih baik.

"Jadi pengalaman saya tinggal di kampung istri dengan basic kuliah tidak habis tentunya mencari pekerjaan itu susah. Jadi saya beradaptasi. Pernah juga ditawari teman untuk mengajar di sekolah, di SMA Pinarangin Niampak tapi sekarang sudah jadi negeri jadi SMA Negeri 2 BEO," tutur Wirasto.

Saat ini Wirasto bahkan bekerja sebagai operator di 6 desa lainnya. Kemampuannya dalam mengoperasikan Ms Excel diakui oleh pemerintahan di desanya bahkan desa-desa lain. Bahkan ia tak diizinkan untuk resign sebagai bendahara desa.

"Kebetulan saya dari 2016 sudah sedikit-sedikit (belajar Ms Excel) ditambahkan lagi tahun 2020 dengan pengalaman dari Prakerja, ilmu saya bertambah, ilmu saya meningkat. Nah, di situlah semakin naik-semakin naik, maka sampai dengan saat ini desa itu tidak akan melepas saya menjadi operator," terangnya.

"Sampai dengan hari ini saya menjadi operator desa di 6 desa. (Untuk gaji) Rp 1 juta saja 1 desa, jadi bertambah lah. Gaji saya saja di Niampak utara itu Rp 1,8 juta. Kemudian Rp 1 juta di 6 desa, (jadi) Rp 6 juta. Jadi (total gaji) Rp 7,8 juta," imbuh Wirasto.

Tanggapan Pemerintah Daerah

Sementara itu Bupati Kepulauan Talaud Elly Engelbert Lasut mengatakan anak-anak muda di daerahnya kesulitan mendapatkan akses ke tempat kursus, baik itu secara fasilitas dan pembiayaan. Dengan hadirnya program Prakerja, mereka pun bisa mendapatkan pelatihan secara gratis dan menambah kemampuan.

"Prakerja ini tentunya tujuanya adalah untuk skill upgrade kemampuan pencari kerja, dan itu dibiayai. Ini suatu gayung bersambut di Kabupaten Talaud. Kabupaten Talaud ini diisi oleh anak-anak muda yang mungkin-untuk ikut kursus, ada yang belum mampu karena kondisi keuangan dan sebagainya," kata Elly.

"Oleh karena itu Prakerja menjawab semua itu, bahwa kita bisa mencari kursus, upgrade diri dengan beasiswa dalam kartu Prakerja sehingga ini tentunya akan sangat membantu," pungkasnya.

Sekadar diketahui, Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan salah satu daerah perbatasan yang dekat dengan Filipina. Jumlah peserta Prakerja dari kabupaten ini sebanyak 3.074 dari 2020-2022.



Simak Video "Utusan Sekjen PBB Menyanjung Kartu Prakerja di B20 Summit"

(prf/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork