Petani Pepaya Raih Omzet Rp 36 Juta Per Bulan Berkat Kredit Ultra Mikro BRI

Petani Pepaya Raih Omzet Rp 36 Juta Per Bulan Berkat Kredit Ultra Mikro BRI

Syahdan Althalif - detikFinance
Kamis, 18 Apr 2024 17:06 WIB
Ilustrasi buah pepaya
Foto: dok. BRI
Jakarta -

Hidup di desa menuntut setiap orang untuk peka terhadap setiap peluang usaha yang ada di daerah. Memaksimalkan potensi daerah menjadi satu hal yang tidak bisa ditinggalkan oleh mereka yang tinggal di kawasan ini. Hal inilah yang dilakukan oleh Partini, petani pepaya di Desa Pace, Kecamatan Silo, Jember, Jawa Timur.

Partini mempunyai mimpi besar menjadi pengusaha tani yang sukses. Ia mengakui memulai usaha tani merupakan jalan yang sunyi dan sering dikaitkan dengan citra negatif seperti kotor, tradisional, dan tidak menghasilkan banyak keuntungan. Padahal, bisnis pertanian saat ini cukup menjanjikan, hal ini dikarenakan kebutuhan pangan akan selalu meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang terus bertambah.

Terlebih lagi, jika kita mengetahui bagaimana karakteristik dari wilayah yang ditempatinya. Seperti di Desa Pace yang ditinggalinya saat ini contohnya. Partini menuturkan desa tersebut memiliki karakteristik tanah yang subur dan sedikit berpasir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melalui hal tersebut, pepaya merupakan tanaman yang cocok untuk ditanam. Hal ini mengingat tumbuhan tersebut dapat tumbuh subur pada dataran rendah sampai medium dengan pengairan yang relatif minim. Satu pohon pepaya bisa menghasilkan puluhan buah. Selain itu, tanaman ini mempunyai waktu panen yang singkat, yakni 10-15 hari dibandingkan dengan tumbuhan lainnya.

Partini mengaku sudah memetik hasil dari usaha berkebun pepaya California. Ia dapat menghasilkan 2-3 ton pepaya dalam satu hektare lahannya. Untuk masa tanam pertama, memang membutuhkan waktu 7-8 bulan hingga bisa berbuah. Setelah itu, buah pepaya bisa dipanen setiap 10-15 hari sekali.

ADVERTISEMENT

"Artinya bisa panen dua kali dalam satu bulan," ujar Partini dalam keterangan tertulis, Kamis (18/4/2024).

Sedangkan untuk omsetnya, tergantung jenis pepayanya. Partini mencontohkan dengan jenis pepaya California yang saat ini berada di harga Rp 6.000/kg. Artinya, apabila sekali panen menghasilkan 3 ton, Partini bisa mendapatkan omset hingga 18 juta dan 36 juta untuk 2 kali panen.

Menariknya, dalam satu hektare lahan yang dimilikinya, dia tidak hanya menanam pepaya saja. Partini juga menanam sejumlah tanaman lainnya seperti cabe, pepaya, dan terong.

"Jadi bukan hanya pepaya yang bisa saya hasilkan, tapi di bawahnya itu bisa saya tanami sayur-sayuran. Meskipun sedikit, tanaman tersebut bisa dijual ke warung-warung sekitar untuk tambah-tambah uang dapur," ungkapnya.

Walaupun begitu, usaha Partini tidak selalu berjalan mulur. Dirinya mengaku sempat kehabisan modal karena tanamannya diserang hama. Sementara di sisi lain, ia tetap harus menjalankan usahanya demi bertahan hidup. Namun beruntung, Partini berhasil mempertahankan usahanya berkat PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang hadir memberikan pinjaman ultra mikro bernama KECE (Kredit Cepat).

"Waktu itu saya dikasih tahu oleh tetangga ada produk pinjaman KECE. Saya cari tahu ke sana kemari, ternyata produk ini sesuai dengan yang saya butuhkan karena tidak perlu pakai agunan. Yang penting sudah punya usaha dan omset buat bayar angsuran," kata Partini.

Makin Produktif Berkat Kredit Cepat (KECE) BRI

Partini mengungkapkan dirinya merasakan manfaat dukungan pendanaan dari BRI. Melalui hal ini, ia dapat memiliki usaha yang lebih besar seperti sekarang ini. Partini mendapatkan pendanaan dari program KECE BRI sebesar Rp 5 juta yang dimanfaatkan untuk menambah modal guna memajukan usaha perkebunan pepayanya.

"Awal dapat pinjaman itu hanya Rp5 juta, tapi kemarin saya baru ambil lagi sudah bisa dapat Rp 7 juta," urainya.

Lebih lanjut, program KECE dari BRI tidak hanya sebatas pada penyaluran dana. Dalam program ini juga terdapat pelatihan yang diberikan oleh mantri BRI sehingga bisa lebih produktif.

"Sebelumnya, saya hanya jual pepaya saja, barangnya ambil dari petani. Sekarang saya punya perkebunannya di beberapa lokasi. Bahkan saya juga jual bibit, jadi para petani yang beli bibit ke saya sekarang," ucap Partini.

Partini menyampaikan dirinya bukan hanya diberikan pemahaman tentang bagaimana mengelola bisnis yang inovatif, akan tetapi juga diedukasi mengenai pembayaran digital. Menurutnya, hal tersebut sangat membantu di era digitalisasi seperti sekarang ini.

"Dulu itu saya tidak tahu bagaimana cara mengecek transferan yang sudah masuk, tapi semenjak dapat pinjaman dari KECE ini, saya bisa lihat langsung kalau transferan sudah masuk. Saya cukup lihat dari hape saja," tambahnya.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan perseroan akan terus mendorong pemberdayaan segmen Ultra Mikro. Hal ini merupakan upaya perseroan sebagai upaya akselerasi ekonomi Indonesia secara optimal.

"Terbukanya akses pembiayaan bagi usaha UMi akan memberikan fleksibilitas dan daya adaptasi yang baik bagi pengembangan usaha. Di samping itu, mendekatkan jangkauan inklusi keuangan pada kelompok ini dapat membuka ruang tumbuh usaha menjadi lebih luas sehingga saving capacity pun ikut meningkat," pungkas Supari.



Simak Video "129 Tahun BRI Mewujudkan Inovasi dan Pelayanan Prima untuk Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads