Kerap Bikin Uang Melayang, Ini 5 Modus Penipuan Soceng di Indonesia

Kerap Bikin Uang Melayang, Ini 5 Modus Penipuan Soceng di Indonesia

Inkana Izatifiqa R. Putri - detikFinance
Minggu, 28 Apr 2024 07:50 WIB
Ilustrasi pengguna smartphone
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Social engineering atau dikenal soceng menjadi salah satu modus penipuan yang kerap terjadi di Indonesia. Mengutip Kaspersky, social engineering adalah teknik manipulasi yang bersifat eksploitatif terhadap kesalahan manusia.

Di Indonesia, kasus soceng pernah dialami sejumlah nasabah kantor cabang salah satu bank di Tulungagung. Mereka mempertanyakan lenyapnya uang dalam rekening tabungan mencapai ratusan juta. Salah satu di antaranya mengaku kehilangan saldo hingga Rp 189 juta dalam kurun waktu sebulan.

Modus penipuan soceng memang meresahkan di masyarakat. Pelaku soceng umumnya mengatasnamakan pihak perbankan atau instansi tertentu agar terlihat meyakinkan. Orang yang kurang waspada berisiko menjadi korban dan bisa dikuras habis hartanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agar terhindar dari modus penipuan ini, ada baiknya kenali fakta soal bentuk kejahatan soceng yang dilansir dari berbagai sumber berikut.

1. Informasi Perubahan Tarif Transfer Bank

ADVERTISEMENT

Salah satu modus yang kerap dilakukan penipu adalah dengan berpura-pura menjadi petugas bank. Mereka akan menyampaikan jika ada perubahan tarif transfer bank pada para korbannya. Setelah itu, penipu akan meminta korbannya mengisi link formulir berisi kolom data pribadi seperti PIN, One Time Password (OTP) dan password.

2. Akun Layanan Konsumen Palsu

Saat ini, telah banyak bank yang menyediakan layanan konsumen melalui media sosial seperti, Instagram, WhatsApp hingga X. Namun, hal ini kerap dimanfaatkan oleh para penipu dengan membuat akun layanan konsumen palsu mengatasnamakan sebuah bank, di mana username-nya mirip dengan akun asli.

Mereka biasanya akan muncul saat masyarakat menyampaikan keluhan layanan bank tersebut. Selanjutnya, mereka akan menawarkan bantuan menyelesaikan keluhan yang mengarah pada website palsu atau meminta nasabah memberi data pribadi.

3. Undangan Pernikahan hingga Surat Tilang

Selain mengatasnamakan bank, soceng juga kerap dilakukan lewat modus pesan WhatsApp yang berisi undangan pernikahan atau invoice kiriman paket. Biasanya penipu akan berpura-pura mengubah kontak menjadi orang terdekat dan menyebar undangan pernikahan dalam bentuk APK.

Tak jarang mereka berpura-pura menjadi kurir paket dan mengirimkan invoice paket dari sebuah layanan e-commerce. Selain itu, penipu juga kerap mengaku sebagai pihak kepolisian dan mengirim surat tilang elektronik (e-Tilang) melalui WhatsApp dalam bentuk file ekstensi APK kepada korban. Saat korban terkecoh dan melakukan klik pada aplikasi tersebut, virus malware akan menginfeksi perangkat ponsel dan mencuri data-data penting.

4. Tawaran Bantuan di ATM

Soceng juga bisa dilakukan melalui interaksi fisik. Di Indonesia, banyak modus pelaku kejahatan yang berpura-pura menawarkan bantuan di ATM. Modus ini biasanya terjadi pada orang yang kurang waspada sehingga uang di rekening mereka dikuras.

5. Tawaran Nasabah Prioritas

Terakhir, penipu yang menggunakan modus penipuan soceng kerap menjerat korbannya dengan menawarkan meningkatkan status nasabah menjadi prioritas. Tawaran itu termasuk dengan banyak rayuan promosi yang ditawarkan. Pada modus ini, penipu biasanya akan meminta data pribadi korbannya mulai dari nomor kartu ATM, PIN, OTP, nomor CVV/CVC dan password.

Nah, itulah beberapa modus yang kerap dilakukan pada penipuan soceng. Namun, BRI membagikan tips untuk mencegah soceng dengan menerapkan hal berikut ini:

  • Abaikan pesan dari nomor yang tidak dikenal.
  • Tidak sembarangan klik link.
  • Pastikan kembali nama merchant saat bertransaksi menggunakan QRIS.
  • Tidak mengunduh file .apk palsu.
  • Jika sudah terlanjur klik file .apk palsu, cepat matikan koneksi data selular dan wifi pada perangkat lalu uninstall file tersebut.
  • Bersihkan data dan cache aplikasi bodong.
  • Rahasiakan data pribadi (username, PIN, OTP, Nomor CVV dan password).
  • Segera hubungi Contact BRI 1500017 untuk melakukan pelaporan atas indikasi modus penipuan.

Selain hal-hal di atas, pastikan Anda memasang kata sandi yang kuat dan otentikasi dua faktor. Yang terpenting, jangan memberikan informasi apa pun, atas alasan apapun kepada orang lain. Apalagi jika hal ini terkait dengan akun keuangan Anda. Pastikan juga untuk lebih teliti saat menerima pesan mencurigakan.

BRI juga meminta seluruh nasabah untuk tidak mudah percaya kepada pihak yang menawarkan jasa yang tidak jelas latar belakangnya. Jadi, pastikan dan cek validitasnya secara langsung.

Sistem perbankan memang dilengkapi dengan fitur keamanan. Namun, teliti sebelum menerima telepon serta membuka file dan aplikasi menjadi kunci keselamatan nasabah. Karena keamanan kita juga merupakan tanggung jawab kita.




(prf/ega)

Hide Ads