Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan telah melakukan penyerapan jagung dari petani. Diketahui saat ini jagung masuk musim panen raya, sehingga harga mengalami penurunan signifikan.
Namun, Bayu mengakui belum melakukan penyaluran jagung ke peternak unggas. Hal ini karena petani masih bisa membeli langsung ke petani.
"Kira-kira 8.500 ton sampai dengan 2 Mei (penyerapan jagung). Jadi yang paling besar kalau digabung dari Gorontalo dan Bolaang Mongondow itu kira-kira hampir 4.500-an ton. Dan Bima, itu kira-kira 3.500-an ton, yang lain kecil. Jadi jumlahnya kira-kira 8.500-an ton," kata dia di Kantor Kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat (3/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuan Bulog menyerap jagung karena untuk membantu menjaga harga di tingkat petani. Sementara alasan belum menyalurkan ke peternak karena penyaluran akan dilakukan ketika sudah tidak pane raya. Hal ini sejalan dengan tugas Bulog stabilisasi harga padi, jagung, kedelai (pajale).
"Makanya nanti kita akan jaga, setelah kita punya stok nanti kita akan salurkan pada saat nanti tidak ada panen lagi. Sekarang biarkan saja panen dulu. Jangan sekarang kita keluar," ungkapnya.
"Menurut Kementerian Pertanian, panennya pendek, hanya selesai di bulan Mei kira-kira ini, makanya harus diserap. Dan itu Bulog tidak sendiri, Bulog kerja sama dengan para pengusaha pakan yang mereka juga punya dryer dan silo, mereka semua sedang bekerja,:"tambahannya.
Bayu juga mengakui jumlah penerapan jagung oleh Bulog masih kecil. Ia mengatakan kendalanya terkait alat yang masih minim
"Memang kami harus mengakui, bahwa masalah terbesar dari penyerapan jagung itu ada di pengering. Unfortunately pengeringnya Bulog belum beroperasi optimal saat ini. Karena ini memang baru selesai pembangunannya. Jadi masih commissioning, masih uji coba. Mudah-mudahan kalau yang tahun depan kita akan bisa lebih optimal. Jadi kuncinya memang ada di pengering," pungkasnya.
(ada/rrd)