Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang terpilih menjadi Presiden 2024-2029 punya target besar bagi perekonomian Indonesia. Prabowo percaya diri pemerintah yang akan dipimpinnya nanti dapat menggenjot pertumbuhan ekonomi hingga 8%.
Bahkan, Prabowo yakin pihaknya mampu mencapai target ambisius itu cuma dalam waktu 2-3 tahun ke depan saja. Dia mengaku sudah memiliki hitung-hitungan dengan ahli ekonominya untuk mencapai hal tersebut.
Hal ini diungkapkan Prabowo dalam gelaran internasional Qatar Economic Forum di Doha, Qatar pada Rabu (15/5) kemarin. Prabowo mendapatkan pertanyaan dari moderator Haslinda Amin apakah ekonomi Indonesia mampu tumbuh 7% saat dia memimpin pada 2024-2029 nanti.
"Saya sudah berbicara dengan ahli saya, saya mempelajari angka, saya sangat percaya kita bisa dengan mudah mencapai 8% dan saya bertekad untuk melampaui (to go beyond)," ujar Prabowo dikutip dari CNBC Indonesia.
"Menurut saya dalam waktu 2-3 tahun. Yes," lanjutnya saat kembali ditanya perihal proyeksi tersebut.
Prabowo juga sempat membeberkan sederet fokusnya saat memimpin Indonesia ke depan, mulai dari ketahanan pangan, ketahanan energi, penurunan tingkat kemiskinan, hingga mengatasi kelaparan terutama di kalangan masyarakat usia muda.
Selanjutnya, mengolah sumber daya alam (SDA) di dalam negeri hingga melakukan hilirisasi hingga industrialisasi. Semua itu, menurut Prabowo, membutuhkan tata kelola pemerintahan yang baik. Oleh karena itu, dia bertekad untuk memberantas korupsi.
Respons Airlangga
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto buka-bukaan soal target ambisius pertumbuhan ekonomi Prabowo. Menurutnya, bila ingin Indonesia jadi negara maju ekonomi Indonesia memang harus tumbuh tinggi. Bahkan, dalam Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional (RPJMN), pertumbuhan ekonomi memang dipatok tinggi.
"Kalau 2-3 tahun ke depan dalam memang dalam RPJMN itu kita kalau kita mau jadi negara maju kita harus bisa tumbuh di atas 6, 7, atau 8%," ungkap Airlangga ditemui di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (16/5/2024).
Airlangga melanjutkan, kondisi geopolitik dan ekonomi global tetap harus menjadi salah satu perhatian pemerintah berikutnya dalam mengelola perekonomian. Bila kondisi geopolitik lebih jinak, bisa saja bantalan fiskal yang selama ini digunakan untuk subsidi bisa diarahkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi.
"Tentu kalau 2-3 tahun kan dunia berubah, geopolitik berubah. Kalau semua aman kan kita bisa memanfaatkan bantalan fiskal yang dilakukan untuk subsidi," beber Airlangga.
Di dalam negeri, Airlangga mengatakan, saat ini ada dua sektor yang bisa digenjot untuk pertumbuhan ekonomi, yaitu sektor industri digital dan semikonduktor. Bila dua hal ini dimaksimalkan dan meneruskan hilirisasi mineral kritis, bisa jadi ekonomi Indonesia mengalami lompatan pesat.
"Kan tadi kita bahas ke depannya sektor digital dan semikonduktor membuat negara itu melonjak, leapfrog. Sekarang tentu yang Indonesia kuat itu critical mineral, itu yang kita dorong juga," pungkas Airlangga.
(hal/ara)