WeWork Berhasil Bayar Utang Rp 64,9 T, Nggak Jadi Bangkrut?

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 31 Mei 2024 10:16 WIB
WeWork - Foto: REUTERS/KATE MUNSCH
Jakarta -

Perusahaan penyedia co-working space multinasional WeWork disebut akan keluar dari jurang kebangkrutan. Startup tersebut diketahui telah membayar utang perusahaan sebesar US$ 4 miliar atau setara Rp 64,9 triliun (kurs Rp 16.234).

Hakim yang menangani restrukturisasi di AS John Sherwood menyetujui restrukturisasi WeWork pada sidang pengadilan di Newark, New Jersey. Dengan persetujuan tersebut, WeWork disebut bakal lolos dari jurang kebangkrutan.

Pengacara WeWork Steven Serajeddini mengklaim perusahaan bisa keluar dari kebangkrutan dan bebas utang dalam hitungan hari saja. Sementara menurut CEO WeWork David Tolley situasi saat ini merupakan jerih payah tim yang tak kenal lelah.

"Karena upaya tak kenal lelah dari tim kami dan loyalitas banyak anggota kami, kami telah menyelesaikan proses Bab 11 dengan kesuksesan yang jauh melebihi ekspektasi awal kami," kata CEO WeWork David Tolley, dikutip dari Reuters, Jumat (31/5/2024).

WeWork memanfaatkan masa pailitnya untuk bernegosiasi pengurangan biaya sewa. Beberapa perusahaan juga membatalkan sewa di sekitar sepertiga lokasinya, yang pada akhirnya mengurangi biaya sewa di masa depan sebesar lebih dari US$ 12 miliar.

Perusahaan berencana mengoperasikan 337 ruang kantor bersama di lebih dari 170 lokasi di AS dan Kanada. WeWork memperkirakan bahwa ekuitas pasca kondisi ini bisa bernilai sekitar US$ 750 juta.

Sebelum akhirnya bangkrut, kinerja WeWork memang kurang moncer. Meskipun pertumbuhannya cepat, WeWork tidak pernah menghasilkan keuntungan, dan reputasinya menurun setelah upaya awal yang gagal untuk go public pada tahun 2019.

Kegagalan itu terjadi karena investor banyak mempertanyakan kinerja keuangan perusahaan yang terus merugi. WeWork akhirnya go public melalui merger dengan sebuah perusahaan pada bulan Oktober 2021.

Namun kerugiannya semakin parah dalam beberapa tahun terakhir karena pandemi COVID-19. Hal itu menyebabkan penurunan permintaan ruang kantor dalam jangka panjang dan semakin besar kerugian karena karyawan bekerja dari kantor rumah.




(ada/kil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork