Investor Sebut Insiden Penembakan Bisa Bikin Trump Menangkan Pilpres AS

Samuel Gading - detikFinance
Senin, 15 Jul 2024 13:29 WIB
Donald Trump/Foto: AP/Evan Vucci
Jakarta -

Penembakan terhadap mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Pennsylvania pada Sabtu (13/7) bisa mengerek peluang kemenangan. Trump diprediksi sejumlah investor bisa menang mudah di Pemilihan Presiden (Pilpres) AS imbas insiden tersebut.

Penembakan yang dialami Trump adalah yang pertama sejak 1981 setelah calon presiden partai Republik, Ronald Reagan mengalami hal serupa. Insiden tersebut diprediksi bisa menaikkan elektabilitas Trump yang sedang bersaing ketat dengan Presiden AS Joe Biden. Pilpres AS bakal terlaksana 5 November 2024.

Chief Investment Office di Vantage Point Asset Management, Nick Ferres mengatakan bahwa Trump bisa menang mudah karena jumlah dukungan Reagan setelah mengalami percobaan pembunuhan kala itu meroket.

"Pemilihan ini kemungkinan besar akan berakhir dengan kemenangan telak (Trump). Ini mengurangi ketidakpastian (pasar)," kata Nick dikutip dari Reuters, Senin (15/7/2024).

Setelah penembakan tersebut, dunia usaha ramai-ramai melontarkan dukungan kepada Trump. Sebanyak dua di antaranya adalah CEO Tesla Elon Musk dan CEO Pershing Square Capital Management Bill Ackman. Menurut survei yang dilakukan kepada pemilih yang menaruh perhatian khusus terhadap dunia usaha, Trump dinilai sebagai calon yang lebih baik dibanding Biden untuk urusan imigrasi dan ekonomi.

Prediksi Ekonomi di Bawah Kepemimpinan Trump

Di bawah pemerintahan Trump, pasar berharap kebijakan perdagangan yang lebih gesit dan longgar untuk sejumlah isu seperti perubahan iklim dan mata uang kripto. Salah satu buktinya nilai tukar Bitcoin meroket 7% sejak penembakan tersebut.

Investor juga memperkirakan pemotongan pajak perusahaan dan pribadi diperpanjang, hal ini memicu kekhawatiran terhadap meningkatnya defisit anggaran pemerintah. CEO Tallbacken Capital Advisor Michael Purves, menilai situasi tersebut dapat mendorong penjualan obligasi dan berpotensi mendorong inflasi ketika suku bunga The Fed turun.

"Jika (Trump) menang dan melakukan hal-hal yang dia katakan akan dia lakukan, Anda akan melihat aksi jual yang jauh lebih besar di pasar obligasi," bebernya.

Dalam sebuah wawancara pada Februari, Trump pernah mengaku tidak akan menunjuk kembali Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang masa jabatannya berakhir pada 2026.

Meskipun demikian sampai saat ini belum ada pergerakan signifikan di pasar ekuitas dan obligasi terhadap kabar perkembangan politik di AS. Latar belakang data ekonomi dan fluktuasi ekspektasi suku bunga dinilai berpengaruh lebih besar terhadap pasar.

"Pedagang saham tidak terlalu pandai menentukan harga di tengah peristiwa yang berdampak samar pada pendapatan, pendapatan, arus kas, dan lain-lain. Peristiwa (penembakan Trump) pada akhir pekan ini termasuk dalam kategori itu," tutur Kepala Strategi Interactive Brokers, Steve Sosnick.

Jika ditelisik lebih dalam, pergerakan sejumlah saham terpantau menguat dalam dua pekan terakhir setelah perdebatan panas antara Biden dan Trump. Indeks S&P 500 (SPX) dan Dow Jones Industrial Average (DJI) mencapai rekor tertinggi pada hari Jumat (12/7). Indeks S&P 500 naik 18% untuk tahun ini.

Menurut analis Goldman Sahcs, selama lima putaran Pilpres AS dalam 20 tahun terakhir, mayoritas CEO, sentimen konsumen, dan usaha kecil lebih senang jika presiden AS terpilih berasal dari partai Republik ketimbang partai Demokrat.

"Sejauh perbaikan sentimen mengarah pada peningkatan belanja dan investasi, kemenangan Trump dapat meningkatkan prospek pendapatan beberapa perusahaan bahkan tanpa perubahan kebijakan yang substansial," pungkas analis tersebut.

Simak Video: Momen Trump Kembali Kampanye Seusai Insiden Penembakan






(ara/ara)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork