Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengingatkan perang modern tak melulu soal angkat senjata. Menurutnya ancaman yang tak kalah penting saat ini adalah perang chip.
Hal itu merupakan masukan dari salah satu Global Advisory Board DEN, Ray Dalio. Luhut menyebut jika negara produsen chip enggan menjual produk mereka maka hal itu berbahaya bagi Indonesia.
"Yang saya tertarik dia bilang, eh sekarang itu perang itu udah berubah, bukan hanya perang-perang tembak-tembakan aja, tapi perang chip. Jadi orang yang produksi chip ini sekarang kalau dia enggak kasih chip, itu kan macam-macam, ada high end ada mid ada low, itu kita mati," ujar Luhut dalam unggahan video di Instagramnya @luhut.pandjaitan, Sabtu (18/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Luhut, Ray juga memperingatkan agar Indonesia jangan sampai tertinggal dalam perang teknologi itu. Terlebih Malaysia dan Singapura telah bekerja sama membangun Kawasan Ekonomi Khusus yang berlokasi di Johor.
"Kita sekarang ini mulai ketinggalan ini. Dia ingatkan, dia bilang hati-hati Indonesia ini bisa ketinggalan. Dan kita bisa ketinggalan dengan Johor, yang sekarang membuat jadi Special Economic Zone. Mereka nyontoh dari kita. Tapi mereka memberikan insentif lebih bagus lagi," bebernya.
"Kita ini kadang-kadang berpikirnya mintanya untung melulu. Orang kasih juga dong untung. Jadi hidup ini nggak bisa dong hanya untung doang," bebernya.
Luhut menyebut teknologi chip adalah kunci bagi industri masa depan, dari kecerdasan buatan hingga kendaraan listrik. Negara yang menguasai teknologi chip dinilai akan memimpin masa depan.
Menurutnya Indonesia tidak bisa terus menjadi penonton, apalagi saat negara tetangga mulai memberikan insentif besar untuk menarik investasi teknologi.
"Oktober 2023, Amerika Serikat memperketat aturan ekspor semikonduktor ke Tiongkok untuk membatasi akses negeri tirai bambu terhadap teknologi canggih," imbuhnya.
Langkah itu disebut Luhut menunjukkan bagaimana perang modern bergeser dari artileri ke teknologi, dengan dampak besar pada rantai pasokan global. Di sisi lain, China mempercepat investasi untuk membangun kemampuan teknologinya sendiri, mengurangi ketergantungan pada teknologi asing.