Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menerapkan tariff reciprocal ke negara yang dinilai telah melakukan penerapan tarif kepada barang impor dari AS sebelumnya. Tariff reciprocal atau tarif timbal balik menyasar sejumlah mitra dagang AS, termasuk China hingga Indonesia.
Setidaknya ada 100 mitra dagang yang terkena tarif baru cukup besar seperti China 34%, Vietnam 46%, Kamboja 49%, Taiwan 32%, India 26%, hingga Korea Selatan 25%. Indonesia sendiri terkena tarif impor sebesar 32%
Dilansir dari The White House, Kamis (3/4/2025), Trump berupaya menyeimbangkan persaingan bagi bisnis AS dengan menghadapi kesenjangan tarif yang disebutnya tidak adil. Adanya tarif baru juga bertujuan untuk menghadapi hambatan non-tarif yang diberlakukan oleh banyak negara.
Selama kurun waktu yang lama, AS menyebut banyak negara mengambil keuntungan dari Negeri Paman Sam dengan mengenakan tarif impor yang cukup tinggi. Disebutkan juga hambatan non-tarif dari banyak negara menyulitkan produsen AS menjamah potensi pasar dunia.
Hambatan-hambatan tersebut bertujuan membatasi jumlah impor/ekspor demi melindungi industri dalam negeri. Berikut beberapa contoh pemberlakuan kebijakan oleh beberapa negara kepada AS yang menjadi dalih bagi Trump mengeluarkan tarif impor baru:
China
Kebijakan dan praktik nonpasar China membantu negara itu mendominasi manufaktur global yang menghancurkan industri AS. Antara tahun 2001 dan 2018, praktik-praktik ini berkontribusi terhadap hilangnya 3,7 juta pekerjaan di AS akibat meningkatnya defisit perdagangan AS-China.
"Hal itu menyebabkan hilangnya lapangan kerja dan melemahkan daya saing AS, sekaligus mengancam keamanan ekonomi dan nasional AS dengan meningkatkan ketergantungan pada rantai pasokan yang dikendalikan asing untuk industri-industri penting serta barang-barang kebutuhan sehari-hari," tulis Pemerintahan AS.
India
India memberlakukan persyaratan pengujian dan sertifikasi yang memberatkan dan/atau menduplikasi di sektor-sektor seperti bahan kimia, produk telekomunikasi, dan perangkat medis yang mempersulit atau membebani perusahaan-perusahaan AS untuk menjual produk mereka di India.
"Jika hambatan-hambatan ini dihilangkan, diperkirakan ekspor AS akan meningkat setidaknya US$ 5,3 miliar setiap tahunnya," sebutnya.
(ily/rrd)