China Dilanda Perang Harga, Bahaya Besar Mengintai

China Dilanda Perang Harga, Bahaya Besar Mengintai

Retno Ayuningrum - detikFinance
Selasa, 22 Jul 2025 09:30 WIB
melakukan PHK. Hal ini dilakukan pada unit cloud Alibaba yang berencana untuk melakukan IPO.
Foto: Qilai Shen/Bloomberg via Getty Images
Jakarta -

China tengah menghadapi perang harga di berbagai industri, mulai dari otomotif, pengiriman makanan, hingga panel surya. Hal ini semakin menekan keuntungan perusahaan, memperburuk deflasi nasional, hingga memicu dilema baru bagi konsumen.

Di tengah ketidakpastian ekonomi dan anjloknya permintaan di sektor perumahan, konsumen di China menjadi lebih sensitif terhadap harga. Alhasil, produsen mobil menawarkan diskon besar-besaran serta menurunkan harga jual, didorong dengan subsidi pemerintah.

Kondisi serupa juga terjadi di e-commerce dan layanan pesan antar. Raksasa e-commerce, seperti Alibaba, JD.com dan Meituan berlomba-lomba menawarkan promosi gila-gilaan, seperti menawarkan Bubble Tea seharga beberapa sen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semakin keras produsen bersaing, semakin diuntungkan bagi pembeli. Bersainglah terus!" kata seorang warga Beijing, Li Kun, dikutip dari CNCB International, Selasa (22/7/2025).

Li Kun tengah mengincar membeli mobil listrik usai mendapatkan informasi soal subsidi baru. Kendati begitu, kondisi tersebut dinilai tak sepenuhnya menguntungkan konsumen.

ADVERTISEMENT

Bagi Yu Peng, seorang warga Beijing yang ingin mengganti mobilnya, penurunan harga justru memicu ketidakpastian.

"Sebagai konsumen, yang bisa Anda lakukan hanyalah menerimanya dengan tenang. Beli lebih awal, nikmati lebih awal," katanya sembari mengutip pepatah China.

Di balik harga murah itu, tersimpan biaya tersembunyi yang dapat berdampak negatif ke konsumen. Beberapa pembeli di China mengakui bahwa keselamatan dan kualitas menjadi korban ketika produsen mobil mengambil jalan pintas demi menawarkan harga murah.

Pemerintah China kini cemas bahwa perang harga tidak hanya merugikan perusahaan dan pemasok, tetapi juga berdampak pada upah, pendapatan pajak, dan perekonomian secara keseluruhan.

Media resmi Partai Komunis China, Qiushi, memperingatkan persaingan yang tidak sehat dapat memaksa perusahaan untuk memangkas biaya produksi penting dan mengorbankan kualitas. Pada akhirnya merugikan kepentingan konsumen.

Pekan lalu, Kabinet China berjanji untuk menindak persaingan 'irasional'. Bahkan pemerintah China akan memperketat terhadap biaya dan harga, serta mendorong kompetisi berbasis teknologi.

Tonton juga video "Industri Hotel Terancam Perang Harga Imbas Efisiensi Anggaran Pemerintah" di sini:

(acd/acd)

Hide Ads