Ternyata fenomena rombongan jarang beli alias rojali serta rombongan hanya tanya-tanya (rohana) terjadi sejak pandemi covid-19 usai. Menurut Direktur Bina Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Septo Soepriyatno, masyarakat rindu berinteraksi sehingga mengubah perilaku dalam belanja.
Septo menerangkan fenomena tersebut tak lepas dari perubahan perilaku masyarakat yang semula belanja langsung di tempat (offline) menjadi melalui marketplace (online).
"Terkait dengan Rojali ini sebenarnya kan fenomena ini sebenarnya sudah lama. Sejak pandemi Covid selesai, masyarakat sudah mulai berubah. Behavior-nya berubah dari yang biasanya secara offline," kata Septo kepada awak media di Gedung Smesco, Jakarta Selatan, Rabu (23/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Septo menyebut saat ini masyarakat cenderung ingin berinteraksi. Untuk itu, konsep pusat perbelanjaan kini berubah dengan menyediakan spot-spot yang berkaitan dengan interaksi sosial, seperti hiburan dan rekreasi.
Menurut Septo, fenomena Rojali justru menghidupkan kembali mal yang sepi, misalnya di ITC Mangga Dua. Di sana, lanjut Septo, lantai dasarnya telah dipenuhi oleh gerai-gerai F&B.
"Contohnya Plaza Semanggi yang sekarang jadi Plaza Nusantara. Sekarang sudah jadi pusat perbelanjaan yang mana konsep berubah sangat total sekarang. Bagaimana menciptakan ruang-ruang yang memang dibutuhkan oleh masyarakat untuk berinteraksi. Itu yang sangat diperlukan sekarang. Makanya teman-teman dari anggota Hippindo dan Apbi sudah menyiapkan itu sebenarnya," jelas Septo.
"Nah ini yang memang terjadi. Jadi bukan berarti Rojali tidak beli, belanja. Memang tidak belanja produk, mungkin mereka hanya sebagai showroom melihat-lihat, tapi check-out-nya di online," tambah dia.
(rea/kil)