Jalan panjang pulang pergi (PP) kantor tak hanya menguras waktu dan tenaga, namun juga menghabiskan banyak biaya. Ini adalah realita yang harus dihadapi banyak pekerja di Jakarta, terutama mereka yang tinggal di daerah pinggiran.
Tak sedikit pekerja di Jakarta yang rumah atau tempat tinggalnya cukup jauh dari pusat kota, bahkan cenderung berada di kota tetangga seperti Bekasi, Bogor, Depok, hingga Tangerang (Bodetabek).
Kondisi ini seperti yang dialami Rifaldo (26), seorang pekerja kantoran di kawasan Blok M. Dia yang tinggal di Bekasi harus berganti-ganti moda transportasi hanya untuk pulang pergi kantor setiap Senin sampai Sabtu.
"Saya dari rumah naik bus terus naik LRT turun di Sudirman (Stasiun LRT Dukuh Atas). Nanti habis dari LRT, saya naik MRT," kata Rifaldo saat ditemui detikcom di sekitar Stasiun Sudirman, Senin kemarin.
Rifaldo mengatakan perjalanan yang jauh dengan beberapa moda transportasi ini cukup memberatkan isi kantongnya. Sebab dalam sehari, paling sedikit dirinya harus mengeluarkan ongkos hingga Rp 38.000 untuk PP kantor.
Jika dihitung-hitung, dalam sebulan paling sedikit ia harus merogoh kocek Rp 912.000. Belum lagi kalau harus pulang malam, sering kali layanan bus dari Stasiun LRT menuju kawasan rumahnya sudah tidak tersedia. Ojek online (ojol) mau tak mau jadi pilihan dengan tarif sampai Rp 28.000 dan memperdalam pengeluaran untuk ongkos transportasi.
Tidak heran jika Rifaldo merasa gajinya sebagian besar habis untuk ongkos PP dari rumah ke kantornya yang berada di Blok M tersebut. Terlebih mengingat saat ini besaran gajinya belum seberapa, bahkan menurutnya masih di bawah UMP Jakarta karena statusnya di perusahaan masih peserta pelatihan kerja.
"Kalau saya sih lumayan berat juga sih. Apalagi karena saya gajinya juga masih dibilang di bawah UMR lah untuk gaji di Jakarta. Karena saya kan istilahnya masih pelatihan. Belum full tetap, namanya bukan magang tapi bukan full time juga," terangnya.
Hal ini juga diamini oleh Raju (27), seorang karyawan perusahaan asuransi yang tinggal di kawasan Cikarang. Sehari-harinya ia harus menempuh perjalanan yang cukup jauh menuju kantor yang berada di kawasan Jakarta Selatan.
"Kalau sehari-hari untuk transportasi sekitar Rp 50.000an, pulang pergi. Kalau dari rumah naik motor sendiri ke stasiun, habis itu dari sini (Stasiun Sudirman) jalan kaki," papar Raju.
Meski Raju tidak banyak ganti kendaraan umum, namun biaya perjalanannya terbilang cukup mahal karena biaya bensin dan parkir motor di stasiun. Jika ia harus datang ke kantor lima hari dalam seminggu, maka dalam sebulan kurang lebih Raju harus menghabiskan ongkos transportasi sampai Rp 1.000.000.
Lihat juga Video: 17 Agustus 2025 Naik Transportasi Umum di Jakarta Cuma Bayar Rp 80
(igo/fdl)