Purbaya: Global Tak Seburuk yang Ditakutkan, Kemarin Takut Sekarang Berani

Purbaya: Global Tak Seburuk yang Ditakutkan, Kemarin Takut Sekarang Berani

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Senin, 22 Sep 2025 15:11 WIB
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dalam Konferensi Pers APBN KiTa perdana di Kantor Kemenkeu hari ini, Senin (22/9/2025).
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (tengah)/Foto: Anisa Indraini/detikcom
Jakarta -

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyebut bahwa kondisi perekonomian global tak seburuk yang diperkirakan. Kondisi ini ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi global yang diproyeksikan masih terus meningkat.

Purbaya mengatakan, saat ini kondisi perekonomian global mulai menunjukkan pertumbuhan positif, aktivitas manufaktur dunia juga kembali ekspansi. Hal ini juga terlihat di Eropa yang mengalami ekspansi untuk pertama kalinya sejak pertengahan 2022.

Sebagian besar negara G20 dan ASEAN juga menunjukkan pemulihan yang cukup solid. Hal ini terlihat dari Global Market Index (GMI) naik ke posisi 50,6%, dengan tren pertumbuhan yang juga terlihat positif. Di Indonesia, Indeks Manufaktur Indonesia (PMI) naik ke posisi 51,5 pada Agustus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi, sepertinya global tidak seburuk yang ditakutkan selama ini. Mereka mulai recover, Kalau kemarin-kemarin kita takut, sekarang harusnya berani. Apalagi memang domestic demand kita juga kuat," kata Purbaya dalam Konferensi Pers APBN KiTa di Kemenkeu, Jakarta Pusat, Senin (22/9/2025).

Walaupun ketidakpastian global masih terus berlanjut, Purbaya mengatakan bahwa saat ini kondisinya sudah jauh berkurang dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini juga didukung dengan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang menurunkan suku bunganya 25 bps menjadi 4,00-4,25%.

ADVERTISEMENT

"The Fed menurunkan suku bunga itu akan memberikan stimulus tambahan ke perekonomian Amerika, yang biasanya akan diikuti oleh perbaikan ekonomi negara-negara lain termasuk China, Jepang, Korea, dan kita juga. Karena biar gimana Amerika masih merupakan mesin pertumbuhan utama ekonomi dunia," ujarnya.

Ekspor Indonesia Naik

Berdasarkan data arus barang Ditjen Bea dan Cukai pada Agustus, kinerja ekspor Indonesia meningkat, terutama di sektor industri pengolahan serta komoditas logam dasar mulai dari nikel hingga tembaga. Akumulasi ekspor year-to-date (YtD) hingga Agustus tumbuh 7,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Lalu, neraca perdagangan kumulatif dari Januari sampai Agustus 2025 dibanding 2024 tumbuh 52,3%. Menurut Purbaya, angka tersebut mencerminkan pertumbuhan yang amat spektakuler.

"Walaupun orang bilang katanya, karena mau ada tarif maka ini (melemah), tapi kalau saya lihat tetap aja tumbuh. Ini menunjukkan bahwa globalnya nggak jelek-jelek amat. Jadi, sekarang kita tinggal fokus menjaga domestiknya seperti apa," ujarnya.

Inflasi Indonesia juga terbilang cukup stabil di tengah banyak negara yang masih berjuang menghadapi tekanan. Purbaya menyebut inflasi Indonesia di level 2,31% cukup ideal.

Menurutnya, inflasi Indonesia terbilang rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Namun, juga tidak terlalu rendah, sebagai penanda bahwa permintaan domestik tetap terjaga.

"Dibanding negara lain kita bagus. Singapura lihat ya 0,6% itu nggak bagus, itu jelek. Di bawah 1,5% biasanya jelek karena demand-nya terlalu rendah," ujar Purbaya.

Halaman 2 dari 2
(shc/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads