Menteri Koperasi Ferry Joko Juliantono mengusulkan agar koperasi pedagang atau produsen tempe dan tahu dapat mengimpor kedelai sendiri. Usulan ini dinilai penting sebagai upaya memperjuangkan kesejahteraan koperasi.
"Saya lagi berusaha memperjuangkan supaya koperasi tahu-tempe bisa impor kedelai langsung dan digunakan untuk pengrajin tahu-tempe," kata Ferry dalam Rapat Koordinasi Regional Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih Tahun 2025 di Plaza BNI, Serpong, Tangerang Selatan, Jumat (26/9/2025).
Ia mengaku heran karena selama ini kebutuhan kedelai impor untuk produsen tempe-tahu dilakukan oleh perusahaan swasta.
"70% kedelai yang diimpor digunakan oleh para pengrajin tahu-tempe yang notabene adalah anggota koperasi. Anehnya koperasi tidak boleh impor kedelai, yang impor swasta. Padahal 70% pemakainya pengrajin tahu-tempe," tuturnya.
Ferry juga menyinggung keluhan dari koperasi petani sawit di Jambi, Riau, dan Bengkulu terkait perusahaan swasta yang tak lagi memberikan plasma kepada koperasi. Plasma merupakan kebun kelapa sawit yang dikelola petani di bawah kemitraan dengan perusahaan perkebunan.
"Awalnya dulu, setahu kami, perkebunan sawit itu ada plasma-nya, dan plasma itu untuk koperasi. Di pabrik CPO-nya 20% disisakan meskipun sedikit, ada keberadaan saham dari plasma koperasi. Begitu juga di produk turunannya. Sehingga tidak terjadi lagi kasus seperti sekarang, ada koperasi petani sawit antre minyak goreng," ungkapnya.
(ada/rrd)