Alokasi anggaran program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada 2026 sebesar Rp 335 triliun menimbulkan tanda tanya mengenai kemampuan belanja Badan Gizi Nasional (BGN). Pasalnya pagu sebesar Rp 71 triliun di tahun ini baru terealisasi Rp 19,3 triliun per 26 September 2025.
Menanggapi itu, Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Astera Primanto Bhakti mengatakan anggaran MBG yang meningkat tajam pada 2026 di tengah serapan anggaran yang minim akan terus dievaluasi. Peningkatan anggaran dibutuhkan karena adanya tuntutan target yang lebih besar.
"Kalau namanya evaluasi ini kita akan lakukan bukan cuma MBG, semua anggaran K/L dilakukan evaluasi. Cuma kalau pertanyaannya 'kok tahun depan lebih banyak?' ya karena target dan kebutuhannya jadi lebih besar," ujar Prima di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat (3/10/2025).
Target dan kebutuhan yang lebih besar itu, kata Prima, misalnya terkait jumlah sekolah dan siswa penerima manfaat program MBG yang akan bertambah pada tahun depan.
"Misalnya kita ngomong sekarang sekolahnya 100, tahun depan sekolahnya 400, ya otomatis kan duitnya jadi lebih banyak (yang dibutuhkan). Jadi kita nggak ada 'oh ini karena supaya bisa lebih banyak nih buat BGN' enggak! Karena BGN itu kan (buat) program MBG dan MBG kan ada target, targetnya sekian orang," terang Prima.
Prima mengaku optimistis penyerapan anggaran program MBG pada tahun depan bisa lebih maksimal, seiring dengan semakin terbiasanya BGN ataupun pihak-pihak terkait dalam mengelola program MBG.
"Tahun depan ya pasti sebetulnya secara administrasi, kemudian gimana handling-nya, ini kan kita sudah tambah ahli, jadi kecepatan untuk pencairan saya rasa ini juga akan semakin baik," imbuhnya.
(aid/ara)