Bank Dunia: 1 dari 7 Anak Muda di China dan Indonesia Menganggur

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Rabu, 08 Okt 2025 07:26 WIB
Ilustrasi Pengangguran/Foto: Antara Foto/Yulius Satria WIjaya
Jakarta -

Sulitnya mencari kerja bukan hanya menjadi masalah di Indonesia, tapi juga di China. Bank Dunia melaporkan banyak anak muda di dua negara ini yang masih menganggur. Mereka sulit mendapat pekerjaan.

Berdasarkan laporan Bank Dunia berjudul Jobs: East Asia and Pacific Economic Update - October 2025, disebutkan tantangan penciptaan lapangan kerja menjadi isu utama di kawasan Asia Timur dan Pasifik (EAP). Di kawasan ini, generasi muda menghadapi kesulitan untuk masuk ke pasar kerja.

"Satu dari tujuh anak muda di China dan Indonesia menganggur," tulis Bank Dunia dalam laporannya, dikutip Rabu (8/10/2025).

China dan Indonesia menjadi dua negara dengan tingkat pengangguran usia 15-24 tahun tertinggi, diikuti Mongolia, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Thailand. Lalu dari sisi persentase, tingkat pengangguran anak muda di Indonesia hampir mencapai 15%. Sementara di China sudah lebih dari 15%.

Selain itu, banyak pekerja di kawasan ini bekerja di sektor informal, yang tidak selalu menjamin penghasilan memadai. Perubahan teknologi disebut mengubah dinamika pasar kerja. Penyebaran robot industri, kecerdasan buatan, dan digitalisasi meningkatkan produktivitas dan menciptakan pekerjaan baru, tetapi juga menggantikan pekerjaan lama.

Secara keseluruhan, tingkat pekerjaan di EAP tergolong tinggi dibanding wilayah lain di dunia. Namun, partisipasi angkatan kerja berbeda-beda antarnegara. Di beberapa negara Pasifik dan di kalangan perempuan, partisipasi tenaga kerja masih rendah.

Di Indonesia, Malaysia, dan Filipina, selisih antara laki-laki dan perempuan mencapai sekitar 15%. Di sisi lain, pekerja lansia berusia 55-64 tahun partisipasinya jauh lebih rendah dibanding pekerja muda yang berusia 25-54 tahun, misalnya di Malaysia dan Mongolia selisihnya lebih dari 25%.

Demografi menjadi faktor penting lain. Beberapa negara, seperti China, Vietnam, dan Thailand, menghadapi populasi menua, sementara Indonesia, Filipina, dan Kamboja masih didominasi ledakan jumlah anak muda. Secara keseluruhan, populasi usia kerja di EAP diperkirakan akan menyusut sekitar 200 juta orang antara 2025 hingga 2050.

Laporan Bank Dunia juga menyoroti pentingnya memindahkan pekerja dari pekerjaan berproduktivitas rendah ke pekerjaan yang lebih produktif. Dari 1970-an hingga 1990-an, banyak pekerja pindah dari pertanian ke manufaktur dan jasa yang lebih produktif. Namun sejak 2000-an, pergerakan tenaga kerja cenderung menuju pekerjaan jasa berproduktivitas rendah dan informal, seperti ritel dan konstruksi.

Bank Dunia menegaskan, untuk menghadapi tantangan ini, pemerintah di kawasan EAP perlu mendorong terciptanya pekerjaan yang produktif serta memperkuat keterampilan anak muda. Tanpa langkah-langkah ini, banyak generasi muda berisiko terjebak dalam pengangguran dan pekerjaan informal yang kurang menjamin masa depan.

Lihat juga Video: Pria Rusak Lampu Taman di Malang Ternyata Frustrasi Menganggur-Ditinggal Istri




(fdl/fdl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork