Pasar Senen akan menjadi pusat brand lokal seiring rencana pemerintah menertibkan barang bekas (thrifting) impor, termasuk pakaian bekas impor. Pasar Senen selama ini dikenal sebagai pusat penjualan pakaian bekas impor.
Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Temmy Satya Permana mengatakan pedagang di Pasar Senen tidak semuanya pakaian bekas impor. Mereka juga menjual sisa ekspor (dead stockO) dari merek besar dan produk lokal. Menurut Temmy, komposisi dagangan di Pasar Senen saat ini 60% menjual pakaian bekas dan 40% lokal.
"Mereka juga menjual produk-produk lokal, baik yang sisa ekspor maupun yang dead stock dari produk-produk seperti di Matahari, itu mereka jual juga. itu komposisinya kalau saya boleh bilang 60% itu pakaian bekas, 40% pakaian lokal. Nah artinya mereka nggak anti-lokal, mereka juga jualan," ujar Temmy saat dijumpai di kantornya, Jakarta Selatan, Selasa (18/11/2025).
Menurut Temmy, pembeli thrifting sebetulnya belum mengetahui produk lokal yang berkualitas lantaran aksesnya yang masih terbatas. Temmy menerangkan brand-brand lokal belum berani membuka gerai karena biaya investasi yang tinggi.
Pemerintah pun berencana menggantikan porsi 60% pakaian bekas impor ini dengan produk lokal. Ia menegaskan Pasar Senen berbeda dengan pusat perbelanjaan atau mal pada umumnya yang mana mal hanya diwajibkan 30% produk lokal.
Pasar Senen, lanjut Temmy, akan diisi 100% produk lokal. Hal ini lah yang membuat produk-produk di Pasar Senen lebih murah dibandingkan dengan mal.
"Mal itu nggak semuanya produk lokal. Kewajiban mal itu hanya 30% produk lokal. Kalau Senen 100% lokal, kan beda dong dengan mal. Pasti harganya lebih murah," imbuh ia.
Simak juga Video 'Sikap Maman Abdurrahman Kepada Penjual Baju Thrifting':
(kil/kil)