Upaya Indonesia menjalankan transisi energi telah mendatangkan dana US$ 21,4 miliar atau Rp 356 triliun (kurs Rp 16.636). Komitmen pendanaan itu berasal dari Just Energy Transition Partnership (JETP).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pendanaan tersebut berasal dari International Partners Group (IPG) sebesar US$ 11,4 miliar dan US$ 10 miliar dari Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ).
"Tadi dibahas komitmen kembali JETP, di mana JETP ini sudah disiapkan dana untuk Indonesia, komitmennya US$ 20 miliar dan sekarang sudah meningkat menjadi US$ 21,4 miliar. Ini menunjukkan kuatnya kepercayaan internasional terhadap proyek-proyek renewable di Indonesia," kata Airlangga dalam rapat koordinasi perkembangan JETP di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (5/12/2025).
Sampai November 2025, Indonesia disebut telah berhasil memobilisasi US$ 3,1 miliar skema JETP. Sementara US$ 5,5 miliar lainnya sedang dalam proses negosiasi untuk proyek-proyek konkret.
Beberapa proyek yang sudah ada antara lain Green Energy Corridor Sulawesi (GECS), program dedieselisasi, proyek geothermal di Sumatera, serta proyek Waste to Energy.
Keberadaan JETP dinilai penting dalam transformasi energi nasional, terlebih dengan masuknya target 70 gigawatt (GW) energi bersih dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034.
"Jadi ini adalah sebuah proyek komitmen yang besar. Oleh karena itu dengan ketersediaan dana sebesar US$ 21,4 miliar, adalah sebuah dana yang besar dan itu tergantung kepada Indonesia dan lintas kementerian untuk mengakselerasikan," imbuh Airlangga.
"Tentu kita berharap US$ 20 miliar dari sini kita bisa segera serap dalam program konkret yang ada nanti. Itu semua sudah on the pipeline dan dokumentasi sudah disiapkan," tambahnya.
Lihat juga Video: Jurus Kilang Pertamina Internasional Dukung Transisi Energi
(aid/fdl)