Rupiah Keok, Dolar AS Nyaris Rp 14.000

Rupiah Keok, Dolar AS Nyaris Rp 14.000

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 24 Apr 2018 07:47 WIB
Rupiah Keok, Dolar AS Nyaris Rp 14.000
Foto: Selfie Miftahul/detikFinance

Bank Indonesia (BI) meminta masyarakat tidak panik atas pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Menurut BI, pelemahan rupiah disebabkan oleh faktor eksternal.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman mengatakan pihaknya juga akan melakukan konsolidasi dengan pemerintah untuk tetap menjaga nilai tukar.

"Kita minta masyarakat jangan panik, ini kan karena faktor global, dan bukan hanya (mata uang) di kita, dunia juga," kata Agusman di gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin (23/4/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agusman menyebutkan, rupiah bukan menjadi mata uang satu-satunya yang terkapar tak berdaya menahan keperkasaan dolar AS.

Per Jumat (20/4/2018), perkembangan beberapa nilai tukar mata uang negara seperti Filipina peso depresiasi -4% (year-to-date/YTD), India rupee -3,38% (YTD), Turki lira -6,54% (YTD), Brasil real -2,81% (YTD), dan Indonesia -2,23% (YTD). Sedangkan mata uang yang terapresiasi adalah Tailand baht sebesar 4,01%, dan Malaysia ringgit sebesar 3,82%.

"Jadi hampir semua currency, year to date banyak sekali yang di atas kita depresiasinya," jelas dia.

Kendati demikian, Agusman mengungkapkan bank sentral akan terus melakukan intervensi agar nilai tukar rupiah tetap stabil dengan selalu berada di pasar.

"Jadi memang kita paham dengan kejadian ini, tapi kita minta semua untuk bersama-sama dan kita tetap berada di pasar, dan kita harap bisa atasi situasi ini, karena ini faktor global, faktor global ini kan di luar kuasa kita," ujar dia.

Senada, Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Darmin Nasution mengatakan pelemahan ini tidak perlu dikhawatirkan. Sebab, kondisi serupa juga dialami oleh beberapa negara lainnya.

"Intinya saya merasa tidak terlalu mengkhawaitirkan perkembangannya, karena dia bukan perkembangan yang terus menerus berlangsung selalu saja ada hal positif negatif yang bisa diduga oleh pasar. Jadi pada akhirnya saya cenderung mengatakan kita memang ada perkembangan seperti itu tapi tidak terlalu khawatir," tutup Darmin.

(ang/ang)
Hide Ads