Dolar 'Ngamuk' dan Rupiah yang Undervalued

Dolar 'Ngamuk' dan Rupiah yang Undervalued

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 27 Apr 2018 08:07 WIB
Dolar Ngamuk dan Rupiah yang Undervalued
Foto: Selfie Miftahul Jannah

Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan. Depresiasi nilai rupiah dinilai masih lebih baik secara persentase dibandingkan negara-negara tetangga.

"Persentase pelemahan rupiah ini lebih kecil dibandingkan mata uang yang lainnya di Asia seperti Thailand, Malaysia, Singapura, Korea Selatan dan India," kata Agus.

Dari data BI hingga hari Rabu tanggal 25 April 2018 tekanan masih berlanjut. Rupiah pada tanggal 25 April 2018 terdepresiasi sebesar -0,23% atau -1,09% month to date (mtd).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari data BI periode 1 April - 25 April 2018 pelemahan nilai tukar sejumlah negara terhadap dolar AS berada di atas 1%. Seperti bath Thailand (-1,14%, mtd), ringgit Malaysia (-1,23%, mtd), dolar Singapore (-1,24%, mtd), Korea Selatan KRW (-1,58%, mtd), dan India INR (-2,57%, mtd).

Agus menjelaskan pelemahan rupiah ini terjadi karena penguatan mata uang AS yang terjajdi pada hampir seluruh mata uang dunia (broad based).

"Penguatan dolar AS ini adalah dampak dari berlanjutnya kenaikan suku bunga obligasi di AS hingga mencapai 3,03% ini tertinggi sejak 2013," ujarnya.

Menurut Agus, depresiasi rupiah juga terkait faktor musiman permintaan valas yang meningkat pada triwulan II antara lain untuk keperluan pembayaran ULN dan pembiayaan impor, dan dividen.

Hide Ads