Dolar AS Sudah Rp 14.200, Masih Bisa Santai?

Dolar AS Sudah Rp 14.200, Masih Bisa Santai?

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 23 Mei 2018 07:46 WIB
Dolar AS Sudah Rp 14.200, Masih Bisa Santai?
Foto: Grandyos Zafna

Komisi XI DPR RI menggelar rapat dengan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo. Saat itu dia salah satu anggoya bertanya apakah dolas AS bisa sampai Rp 17.000.

Mendengar hal itu Agua menjelaskan saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memang sudah lebih lemah dari yang seharusnya.

"Hampir Rp 14.200 itu sudah lebih lemah dari seharusnya. Kalau sampai Rp 17.000 ya tidak, karena kita tidak punya target tertentu untuk nilai tukar," kata Agus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Swbagai bank sentral, BI tidak memiliki target nilai tukar tertentu karena yang berhak menargetkan adalah pemerintah yakni dalam asumsi Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN).

"BI mandatnya kan menjaga nilai tukar supaya tidak bergejolak dan berfluktuasi terlalu tinggi. Agar kepercayaan tetap terjaga," ujar Agus.

Dia menambahkan, kondisi ekonomi nasional saat ini memang belum memungkinkan karena impor yang tinggi dan ekspor yang rendah ini menyebabkan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS.

Agus juga menyatakan meskipun nilai tukar terus bergerak di atas Rp 14.000 namun Indonesia tidak masuk ke dalam kelompok fragile five.

Kelompok fragile five adalah lima negara yang rentan terdampak krisi global karena kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS). Kelompok tersebut juga menggambarkan negara berkembang yang masih ketergantungan kepada aliran modal asing untuk membiayai pertumbuhan.

Agus mengakui saat ini tekanan global terhadap perekenomian Indonesia memang sangat tinggi. "Kita patut bersyukur untuk Indonesia, karena dunia mengatakan Indonesia tidak masuk dalam kelompok fragile five," ujar Agus dalam rapat kerja di Komisi XI DPR RI.

Agus Menceritakan, Indonesia 5 tahun lalu atau pada 2013 sempat masuk ke dalam kelompok fragile five pada era taper tantrum. Negara yang masuk dalam kelompok fragile five adalah India, Afrika Selatan, Brasil, Turki dan Indonesia. Kemudian satu tahun kemudian pada 2014 Indonesia berhasil keluar dari fragile five.

Saat ini menurut Agus pengelolaan ekonomi dan sistem keuangan Indonesia lebih baik dibandingkan beberapa tahun lalu. Agus mengungkapkan Indonesia lebih baik dibandingkan periode tahun sebelumnya. Pasalnya Indonesia telah mendapatkan status atau rating yang lebih tinggi satu notch dari investment grade yang diberikan oleh Fitch Ratings dan Moodys.

(dna/dna)
Hide Ads