Chief Economist Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistianingsih mengatakan melemahnya nilai dolar AS dikarenakan faktor eksternal dan internal.
"Jadi kalau kita lihat perkembangan penguatan rupiah beberapa terakhir, katakanlah sejak Pak Perry dilantik, itu juga terbantu dengan pelemahan US$, jadi yang menguat itu tidak hanya rupiah, begitu juga dengan rupiah melemah tapi semua mata uang global," kata Lana saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Selasa (29/5/2018).
Lana menyebut dolar AS melemah karena turunnya harga minyak mentah dunia, serta adanya potensi Arab Saudi dan Rusia yang mau menambah produksi minyak. Potensi tersebut membuat harga minyak terus turun dan rentang inflasi pun tidak menjadi tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan faktor dalam negeri, kata Lana, salah satunya adalah kebijakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate yang dianggap pasar bahwa rupiah masih dikelola dan dijaga nilai tukarnya oleh pemerintah.
Tidak hanya itu, lanjut Lana, faktor yang berasal dari dalam negeri juga berasal dari siklus permintaan dolar di dalam negeri sudah menurun. Terutama pada kegiatan transaksi ekspor dan impor.
Lana menceritakan, permintaan dolar seharusnya tetap tinggi sampai pertengahan Juni. Namun, keputusan pemerintah menetapkan libur Lebaran pada pertengahan Juni, maka transaksi atau permintaan dolar dipercepat pada dua minggu terakhir bulan Mei.