Dolar AS Nyaris Rp 14.400, Tertinggi Tahun Ini

Dolar AS Nyaris Rp 14.400, Tertinggi Tahun Ini

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 29 Jun 2018 07:38 WIB
Dolar AS Nyaris Rp 14.400, Tertinggi Tahun Ini
Foto: Rengga Sancaya

Langkah Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Reverse Rate dinilai bisa menenangkan gejolak nilai rupiah yang saat ini mengalami pelemahan.

Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE) Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengatakan kenaikan suku bunga hanya menjadi solusi jangka pendek untuk meredam pergerakan dolar Amerika Serikat (AS).

"Pasar menunggu kebijakan suku bunga BI yang baru, yang sedang digodok di RDG BI hari ini dan besok," kata Piter saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Kamis (28/6/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menuturkan faktor eksternal seperti kenaikan suku bunga The Fed serta kondisi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China masih menjadi faktor pelemahan nilai rupiah.

"Pada kondisi sekarang ini kenaikkan suku bunga memang lebih ditujukan untuk meredam gejolak dengan cara menahan capital outflow," jelas dia.

Sehingga, lanjut Piter, langkah BI menaikkan kembali suku bunga acuan bukan menjadi salah satu langkah meredam pelemahan rupiah.

"BI juga harus tetap terus menjaga suplai demand valas, melakukan intervensi sesuai kebutuhan," ujar dia.

Ekonom PermataBank Josua Pardede menjelaskan pergerakan nilai tukar Rupiah harus terus diwaspadai. Menurut dia, Rupiah yang terlalu lemah dan tak sesuai fundamentalnya akan mengganggu perekonomian domestik.

Karena itu, Bank Indonesia (BI) harus terus menjaga agar rupiah tetap stabil dengan melakukan pengetatan moneter, sentimen global seperti kebijakan The Federal Reserve (The Fed) hingga perang dagang.

Josua mengungkapkan, hari ini Rupiah melemah paling dalam jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia. "Hari ini lemahnya paling dalam dibanding negara lain, apalagi kemarin tutup ya. Jadi pelemahannya terasa sekarang," ujar Josua saat dihubungi detikFinance, Kamis (28/6/2018).

Dia menambahkan dalam satu pekan memang terjadi kenaikan imbal hasil pada surat utang negara (SUN) yang menyebabkan adanya penarikan dari pihak asing.

Menurut Josua dengan kondisi seperti ini peluang BI untuk meningkatkan suku bunga acuan semakin besar. Dia memprediksi rapat dewan gubernur (RDG) BI yang digelar hari ini dan besok akan menaikkan suku bunga sebanyak 25 basis poin (bps).

Dia menjelaskan kenaikan ini diharapkan bisa membantu BI untuk menahan tekanan terhadap Rupiah. "Kenaikan bunga acuan menjadi 5% dan langkah BI dengan relaksasi makroprudensial diharapkan bisa menjaga stabilitas nilai tukar," ujarnya.

Selain itu kebijakan yang ditempuh BI diharapkan bisa menjaga momentum pertumbuhan dan tetap menjaga current account deficit (CAD).

Hide Ads