Dikutip detikFinance dari CNBC, Senin (3/9), nilai tukar rupiah yang menyentuh 14.777 per dolar AS saja telah menyentuh level terlemahnya sejak tahun 1998. Jatuhnya rupiah ke level terlemahnya terhadap dolar dalam lebih dari 20 tahun terakhir, mendorong Bank Indonesia (BI) untuk turun langsung mengintervensi ke pasar keuangan.
"Kepemilikan asing yang tinggi pada obligasi, ditambah dengan utang perusahaan Indonesia dalam dolar yang meningkat juga membuat rupiah cenderung lebih lemah," kata kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Vishnu Varathan.
Menurut data Moody's, pemerintah Indonesia tercatat memiliki sekitar 41% utang dalam mata uang asing. Jika rupiah terdepresiasi lebih lanjut, maka utang itu akan lebih mahal untuk dibayar kembali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika harga minyak naik, maka akan berkontribusi pada peningkatan tagihan impor negara. Upaya intervensi sendiri dianggap tak terlalu efektif.
"Otoritas telah secara aktif mendukung (valuta asing) dan pasar obligasi, selama serangan volatilitas baru-baru ini. Di tengah-tengah penurunan yang lebih luas dalam mata uang regional, upaya intervensi memang membantu untuk memperlancar downdraft tetapi akan menjadi tantangan untuk membalikkan arah," kata Ekonom DBS Radhika Rao.