-
Rupiah sedang tak berdaya melawan dolar Amerika Serikat (AS). Saat ini, posisi dolar hampir menembus Rp 15.000.
Faktor global ditengarai menjadi pemicu pelemahan rupiah, dari rencana Bank Sentral AS yang kembali menaikkan suku bunga acuan hingga perang dagang AS vs China.
Pelemahan ini pun kemudian menyita perhatian masyarakat, tak terkecuali bakal calon wakil presiden Sandiaga Uno. Untuk menahan pelemahan rupiah, Sandi inisiatif menukarkan asetnya dalam bentuk dolar AS menjadi rupiah.
Bakal calon wakil presiden Sandiaga Uno mengatakan akan menukarkan aset dolar AS yang dimilikinya ke rupiah. Hal ini untuk menyikapi melemahnya rupiah terhadap dolar.
Menurut Sandiaga, keputusan tersebut sebagai aksi bela negara.
"Saya sudah mengkonversi simpanan saya ke rupiah. Ini waktunya sama-sama membela negara, jangan sampai terpecah-belah. Spekulan banyak, jangan mau kita terkecoh, apalagi mereka banyak akalnya daripada akhlaknya," ucap Sandiaga di Bulungan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (5/9/2018).
Sandiaga tidak menyebut berapa banyak dolar yang akan dia tukarkan. Dia hanya mengatakan nilainya cukup signifikan.
"Ya, lumayanlah kalau dari LKHPN saya sekitar 35% dari holding saya. Kan sebenarnya kalau dilihat 95% dari nilai holding saya kebanyakan rupiah," kata Sandi.
Sandiaga berharap rupiah bisa kembali menguat. Hal ini untuk menjamin kelancaran bisnis dan ekonomi masyarakat Indonesia.
"Jadi kalau politikus beneran, doanya mudah-mudahan (rupiah sampai) Rp 15 ribu, mudah-mudahan ekonomi jeblok. Kalau saya nggak. Saya tahu begitu krisis 10 tahun ini kita, waktu krisis 1997-1998, berapa tahun kita recovery-nya, 10 atau 12 tahun," ucap Sandiaga.
Di tahun 1998, aksi semacam Sandiaga sudah ada dan sukses memperkuat rupiah. Gerakan ini bernama 'Cinta Rupiah',
"Pernah, pernah. Dulu tahun 1998 itu ada gerakan aku cinta rupiah. Kan itu karena dari gerakan itu kita hampir sama, yaitu gerakan moral untuk menukarkan dolar AS kepada rupiah terutama bagi para pengusaha yang orientasinya ekspor ataupun jasa keuangan perbankan itu pernah dilakukan," kata Ekonom INDEF Bhima Yudhistira saat berbincang dengan detikFinance melalui sambungan telpon, Rabu (5/9/2018).
Bhima mengatakan, untuk memperkuat ekonomi nasional, memang pemerintah tak bisa menanggung bebannya sendiri. Butuh dukungan dari masyarakat luas yang hidup dan besar karena mengembangkan bisnis di Indonesia.
Untuk itu, menurutnya, gerakan masif yang dilakukan pengusaha dan orang-orang terkaya RI tentu akan memberi kontibusi positif bagi Indonesia.
"Ya efektif karena mereka juga sebagai orang-orang yang terkaya di Indoneia mereka juga sebagai eksportir. Nah orang orang kaya ini juga sebagai eksportir yang sebagian besar memarkirkan uanganya. Devisa hasil ekspor itu di bank luar negeri. Kita harapkan mereka juga memulangkan devisa hasil ekpornya ke Indonesia dan melakukan konversi hasil devisa hasil ekspor kepada rupiah," ujar dia.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman menilai langkah tersebut pada dasarnya tidak berdampak signifikan. Sebab, dolar AS yang digunakan pengusaha selama ini untuk operasional perusahaan.
"Saya kira itu tidak signifikan. Karena pengusaha kan uangnya untuk usaha, untuk operasional kalau dari hasil ekspor," kata dia saat berbincang dengan detikFinance, Rabu (5/9/2018).
Oleh karena itu ia menilai langkah tersebut tidak akan efektif karena jumlah yang ditukarkan oleh pengusaha tidak banyak dan tidak signifikan.
Kata Adhi, langkah tepat untuk mengatasi hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh pemerintah. Ia mencontohkan, dengan memperbaiki regulasi agar bisa menunjang kinerja sebuah perusahaan dan menciptakan devisa bagi negara.
"Yang paling penting pembenahan di internal. Kita benerin regulasi yang menghambat supaya ada daya saing itu kan akhirnya bisa menghasilkan devisa buat negara ujung-ujungnya," paparnya.
Senada, Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Bahlil Lahadalia juga mengatakan langkah menukarkan dolar AS ke rupiah tidak efektif. Namun ia mengapresiasi langkah tersebut.
Sebab, menurut dia, sebagai warga negara Indonesia seseorang harus mencintai rupiah sebagai bentuk nasionalisme.
Namun, ia mengaku tidak akan melakukan hal yang sama seperti Sandiaga lakukan. Pasalnya, hal tersebut tidak akan berdampak signifikan.
"Saya nggak pernah mau mengikuti orang lain. Saya punya gagasan sendiri. Lagian pemerintah saja sudah gelontorkan banyak tapi rupiah masih tinggi, apalagi kita, mau jual (dolar) berapa?" terangnya.
Langkah bakal calon wakil presiden Sandiaga Uno untuk menukarkan aset dolar Amerika Serikat (AS) ke rupiah siap diikuti oleh anggota DPR. Anggota Komisi XI lain Ecky Awal Mucharam mengatakan, dirinya mau menukar dolar demi rupiah menguat.
"Iya dong (mau), itu bentuk kepercayaan pada pemerintah," kata dia di DPR Jakarta, Rabu (5/9/2018).
Namun, dia menuturkan, tak banyak memegang dolar. Dia mengatakan, dolar yang dipegang tak sampai US$ 100.
"Nah masalahnya kalau saya nggak punya (dolar AS), kalau saya bilang diminta dolar saya sisanya nggak sampai US$ 100 tidak signfikan lah saya," ujarnya.
Terkait pelemahan rupiah saat ini, Ecky menagih program pengampunan pajak atau tax amnesty pemerintah. Pemerintah, kata dia, menjanjikan akan menarik dana orang Indonesia di luar negeri.
"Langkah tercepat saya menagih ketika pemerintah mengajukan tax amnesty. Salah satu tujuan tax amnesty mengambil dana repatriasi," kata dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi XI Muhammad Prakosa mengaku bersedia menukarkan dolar. Tapi, ia mengaku tak memiliki mata uang Negeri Paman Sam.
"Kebetulan saya tidak punya dolar," ungkapnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, saat ini DPR akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan instansi terkait untuk memperkuat rupiah.
"Kita jelas saat ini, sikap kita mendukung langkah BI dalam stabilisasi nilai tukar rupiah. Kita minta terus koordinasi pemerintah, OJK, dan pihak lain memperkuat langkah ini. Kita minta koordinasi pemerintah melakukan langkah strategis sehingga devisa ditangani," tutupnya.
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira mengatakan, langkah Pengusaha sekaligus bakal calon presiden Sandiaga Uno akan efektif perkuat rupiah lawan dolar AS bila diikuti tokoh lainnya.
Baik itu pelaku usaha maupun para elit politik yang notabenenya adalah panutan masyarakat umum.
"Kalau saja misalnya 50 orang terkaya di Indonesia mengikuti langkah Pak Sandiaga Uno untuk menukarkan dolar AS ke rupiah itu efeknya akan lebih besar daripada repatriasi dana tax amnesti yang pernah dilakukan kemarin," kata dia Bhima saat berbincang dengan detikFinance melalui sambungan telpon, Rabu (5/9/2018).
Orang-orang kaya RI, kata Bhima, menguasai korporasi alias perusahaan raksasa. Di mana, korporasi raksasa ini banyak memiliki dolar AS.
"Terutama kan penguasaan dolar AS kan saat ini dikuasi oleh koorporasi gitu ya. Selama ini koorporasi selama ini di dalamnya dimiliki oleh orang-orang terkaya yang namanya masuk ke dalam daftar Forbes. Kan di dalamnya ada termausk Pak Sandiaga Uno kan disana," tambah dia.
Apa lagi, sambung dia, orang terkaya RI pemilik korporasi besar tentunya juga adalah pelaku ekspor. Selain menukar dolar AS ke rupiah, para orang terkaya RI ini juga bisa membantu pemerintah membawa pulang devisa hasil ekspor.
"Nah orang orang kaya ini juga sebagai eksportir yang sebagian besar memarkirkan uanganya devisa hasil ekspor itu di bank luar negeri. Kita harapkan mereka juga memulangkan devisa hasil ekpornya ke Indonesia dan melakukan konversi hasil devisa hasil ekspor kepada rupiah. Ini cukup signifikan unutk menguatkan rupiah," tutup dia.