Kepala Pusat Studi Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) Tony Prasentiantono menjelaskan meskipun sudah ada penguatan rupiah, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus tetap waspada karena ada faktor eksternal.
Kemudian pemerintah juga harus berhemat devisa dengan melakukan pemilihan proyek-proyek yang menggunakan sedikit devisa.
"Kalau di Malaysia Perdana Menteri Mahathir menjadwalkan atau menyetop proyek kereta cepat Kuala Lumpur-Singapura, kita juga perlu melakukannya untuk kereta cepat Jakarta-Bandung. Jadi harus lebih konservatif membelanjakan devisa," kata Tony saat dihubungi detikFinance, Jumat (7/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tony menjelaskan pemerintah memang tidak bisa melakukan peningkatan ekspor dalam waktu sekejap. Namun, jika impor bisa direm dengan cepat.
Dia menambahkan masyarakat tidak perlu panik dengan kondisi yang terjadi saat ini. Tidak perlu percaya dengan pesan-pesan yang beredar di jejaring sosial dan pesan instan. (kil/hns)