Rupiah Masih Melemah, Bunga Acuan BI Kurang Menarik?

Rupiah Masih Melemah, Bunga Acuan BI Kurang Menarik?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 02 Okt 2018 14:28 WIB
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Nilai dolar AS terus mengalami penguatan beberapa hari terakhir. Hari ini dari data Reuters dolar AS tercatat Rp 15.020, sementara dari data kurs tengah Bank Indonesia (BI) dolar AS tercatat Rp 14.998.

Guru Besar Ekonomi Universitas Gadjah Mada Tony Prasentiantono menjelaskan saat ini pasar keuangan merasa suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate belum cukup atraktif.

"Pasar merasa bunga acuan tak cukup atraktif untuk menjadi insentif bagi investor untuk 'memegang' rupiah," kata Tony saat dihubungi detikFinance, Selasa (2/10/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menjelaskan, jika dihitung dari level terendahnya suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate dari 0,25% kini 2,25%.

"The Fed sudah menaikkan suku bunga sampai 200 basis poin atau 2%, sedangkan BI baru 150 bps dari 4,25% sampai 5,75%. Berarti memang perlu suku bunga yang lebih atraktif lagi," ujarnya.


Tony juga menjelaskan, kenaikan harga minyak global turut memberi sentimen negatif bagi kondisi fiskal Indonesia. Saat ini harga minyak Brent sudah mencapai US$ 85 per barel, jauh melebihi asumsi harga minyak di anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang sebesar US$ per barel.

Sekedar informasi sejak Mei 2018 BI memang berupaya untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah dengan cara melakukan intervensi ganda. Di pasar valas dan pasar obligasi.

Selain itu BI juga menaikkan bunga acuan sebanyak 150 basis poin dalam rentang waktu Mei 2018 hingga September 2018. Kenaikan bunga diharapkan bisa membuat rupiah semakin menarik.





Tonton juga 'Kenaikan Suku Bunga The Fed Sudah Diantisipasi Pemerintah':

[Gambas:Video 20detik]

(kil/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads