Rupiah Menguat, BI: Didorong Perundingan AS-China

Rupiah Menguat, BI: Didorong Perundingan AS-China

Puti Aini Yasmin - detikFinance
Jumat, 02 Nov 2018 20:55 WIB
Foto: Dolar AS/ Selfie Miftahul Jannah
Jakarta -

Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) ke rupiah ditutup melemah di level Rp 14.939 dari sebelumnya Rp 15.000. Menanggapi hal itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan hal tersebut dipengaruhi dua faktor eksternal.

Pertama, kata Mirza, pelemahan dolar dipengaruhi oleh membaiknya perundingan perang dagang antara AS dengan China yang sebelumnya berdampak pada negara-negara berkembang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan, ia menilai membaiknya perundingan tersebut sudah berdampak dalam dua hari terakhir ini.

"Jadi memang situasi pasar keuangan di emerging market termasuk, Indonesia ya dalam dua hari ini membaik cukup signifikan terutama didorong oleh satu, yaitu perundingan Amerika dengan Tiongkok itu ada kemajuan walaupun belum selesai," kata dia usai pembukaan renovasi tata ruang di Museum BI, Jakarta, Jumat (2/11/2018).
"Nah itu mendorong pelemahan kurs negara-negar lain (trade war) kan ini kalau dua gajah bertempur ya yang lain jadi menderita. Jadi dengan hari ini ada kemajuan, ada progres di dalam perundingan Amerika-China," sambung dia.

Lebih lanjut, faktor kedua yang turut menguatkan nilai tukar rupiah yaitu data perekonomian Amerika yang mulai stabil. Sebab, dengan data tersebut kebijakan Amerika dinilai tikat akan terlalu 'kencang' lagi.

Ia pun masih menganggap data perekonomian Amerika masih tetap kencang walaupun tidak seperti biasanya.

"Dan data-data Amerika juga menunjukkan data-data inflasinya dan perkembangan ekonominya mulai flat ya, kan biasanya data kuat sekali dan membuat inflasi naik. Kalau inflasi naik kemudian suku bunga AS naik cepat. Nah, sekarang data terakhir ini menunjukkan bahwa data2 Amerika ini sudah mulai kehilangan daya pacunya, masih kencang tapi daya pacunya masih nggak sekencang yang awal tahun ini," papar dia.
Mirza juga menjelaskan hari ini BI sama sekali tidak melakukan intervensi terhadap pasar. Sehingga penguatan rupiah murni berasal dari faktor eksternal.

"Nggak ada BI intervensi hari ini jadi itu kurs market sendiri dan itu menguat karena supply dan demand," tutup dia. (dna/dna)

Hide Ads