Menurut Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Luky Alfirman kondisi fundamental ekonomi hingga neraca pembayaran masih terkendali.
"Kalau lihat obligasi kita fakta penting itu satu, kondisi fundamental ekonomi sendiri. Kondisi makro kita neraca perdagangan, tentang kondisi fiskal jadi faktor penting pasar obligasi kita," tutur Luky dalam konferensi pers APBN KiTA per Maret 2019 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (22/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, menurut Luky, kebijakan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (FFR atau Federal Fund Rate) lebih dovish atau landai, juga berdampak positif bagi Indonesia.
"Kebijakan dari FFR yang sangat dovish itu pengaruh juga sentimen positif market di Indonesia. Di Q1 ada capital inflow Rp 85 triliun, saham Rp 10 triliun SBI dan SBN Rp 75 triliun " tutur Luky.
Luky menambahkan secara umum kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih terkendali, sedangkan situasi pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) masih tidak berpengaruh.
Baca juga: Rupiah Menguat 2,28% Sejak Awal Tahun |
Selain itu, pemerintah juga masih menunggu penilaian dari lembaga rating S&P, setelah sebelumnya Fitch dan Moody's sudah memberikan penilaian.
"Kondisi fundamental kita baik. Pilpres hanya riak riak saja, tapi bagaimana kita jaga fundamental. Fitch dan Moody's sudah assessment tinggal kita lihat S&P," tutur Luky. (kil/hns)