Manajemen Garuda dan Auditornya Pagi Ini Menghadap BEI

Manajemen Garuda dan Auditornya Pagi Ini Menghadap BEI

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 30 Apr 2019 06:25 WIB
Manajemen Garuda dan Auditornya Pagi Ini Menghadap BEI
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Polemik terkait laporan keuangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) masih berlanjut. Beberapa lembaga berwenang turut menaruh perhatian atas isu ini.

Salah satunya PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Wasit dari pasar modal ini merasa perlu untuk meluruskan berkembangan isu tersebut.

BEI pun pagi ini memanggil manajemen Garuda Indonesia guna meminta klarifikasi terkait penyajian laporan keuangan 2018. Bukan hanya manajemen, BEI juga memanggil Kantor Akuntan Publik yang mengaudit dan memberikan opini atas laporan keuangan tersebut.

BEI sudah mengirimkan surat pemanggilan kepada manajemen PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Hari ini, BEI akan meminta klarifikasi tentang kisruh laporan keuangan BUMN maskapai tersebut.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I I Gede Nyoman Yetna mengatakan, pihaknya sudah menjadwalkan pemanggilan itu pada 8.30 WIB. Selain manajemen, pihaknya juga memanggil auditor yang memeriksa laporan keuangan GIAA Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO International).

"Besok jam setengah 9, sudah konfirm manajemen sama auditornya," tuturnya di Gedung Ditjen Pajak, Jakarta, Senin (29/4/2019).

Nyoman belum bisa memastikan siapa dari manajemen Garuda Indonesia yang akan hadir besok. Namun dia memastikan bahwa auditornya juga akan hadir.

BEI sendiri akan memberondong pertanyaan tentang transaksi kerjasama Garuda Indonesia dan PT Mahata Aero Teknologi. Kerjasama yang masih bersifat piutang itu dimasukan sebagai pendapatan oleh manajemen Garuda Indonesia di laporan keuangan 2018.

"Concern-nya, bahwa kami akan melihat nature transaksinya seperti apa. Dalam artian kontraknya seperti apa, karena kalau dalam catatan laporan keuangan kami tidak sampai detail melihat perjanjiannya. Yang perlu kami tahu adalah nature nya, dasarnya apa," ujarnya.

Meski jika dilihat secara penyajian akrual basis itu dimungkinkan, namun BEI ingin memastikan kejelaskan dari kerjasama itu.

BEI pun meminta manajemen Garuda Indonesia untuk membawa dokumen detil kontrak kerjasama tersebut. Kemudian akan dihubungkan dengan pencatatannya apakah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

"Kalau secara akrual itu kan hal yang umum memang ada prinsip untuk akrual. Hanya kan nature transaksinya yang perlu diperoleh. Jadi saya minta waktu karena besok kami baru mau ketemu," tegasnya.

Manajemen Garuda Indonesia disebut-sebut mempercantik laporan keuangannya di 2018. Hal itu justru akan berbahaya bagi perusahaan nantinya.

Laporan keuangan GIAA janggal karena laba yang diperoleh pada tahun 2018 cukup signifikan. Menurut laporan keuangan GIAA 2018, perusahaan mencatatkan laba bersih sebesar US$ 809,85 ribu atau setara Rp 11,33 miliar (kurs Rp 14.000). Padahal di kuartal III-2018 Garuda Indonesia masih mengalami kerugian sebesar US$ 114,08 juta atau atau Rp 1,66 triliun jika dikalikan kurs saat itu sekitar Rp 14.600.

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) GIAA yang digelar pada 24 Januari 2019, manajemen Garuda Indonesia mengakui pendapatan dari Mahata sebesar US$ 239.940.000, yang diantaranya sebesar US$ 28.000.000 merupakan bagian dari bagi hasil yang didapat dari PT Sriwijaya Air. Padahal, uang itu masih dalam bentuk piutang, namun diakui perusahaan masuk dalam pendapatan.

Wakil Ketua Komisi VI DPR Mohamad Hekal menilai penyajian laporan keuangan itu mirip dengan fenomena window dressing. Fenomena itu adalah ketika para manajer investasi melakukan berbagai upaya untuk mempercantik portofolionya.

"Menurut saya ini kira-kira yang dilakukan oleh Manajemen Garuda itu semacam window dressing, yaitu memperbaiki laporan keuangan drngan beberbagai cara antara lain memaksimalkan pencatatan penghasilan walaupun masih piutang," tuturnya kepada detikFinance, Senin (29/4/2019).

Memang, lanjut Hekal, hal itu dimungkinkan untuk dilakukan secara prosedur penyampaian laporan keuangan berbasis akrual. Namun, ibarat wajah, cara itu hanya untuk mempercantik dengan make up. Jika gagal atau make up hilang, wajah aslinya akan terlihat.

"Bisa dikatakan begitu. Dan biasanya ini agak berisiko buat tahun berikutnya karena pas uangnya beneran masuk di tahun berikutnya, sudah tidak boleh dihitung dobel," tuturnya.

Sekretariat Bersama Serikat Karyawan PT Garuda Indonesa Tbk (GIAA) menegaskan tidak akan melakukan mogok. Dengan begitu kabar tentang mogoknya karyawan GIAA beberapa hari yang lalu adalah hoax.

Sekretariat Bersama Serikat Karyawan Garuda Indonesa hari ini mengeluarkan surat klarifikasi. Surat itu ditandatangani oleh Ketua Umum Serikat Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) Ahmad Irfan dan Presiden Asosiasi Pilot Garuda (APG) Capt. Bintang Hardiono.

Surat itu menegaskan bahwa hingga saat ini seluruh pilot, awak kabin dan karyawan Garuda Indonesia tetap melakukan tugas dan mendukung kinerja perusahaan dengan maksimal. Diharapkan publik tidak terpengaruh dengan informasi lain yang telah beredar.

Ada 3 poin dalam surat klarifikasi yang ditandatangani pada hari ini 29 April 2019. Berikut isinya:

1. SEKBER tidak pernah membuat surat tentang rencana aksi mogok
2. Surat yang telah tersebar di publik tersebut adalah tidak benar
3. Bahwa rencana tersebut tidak benar

Hide Ads