Jika Terbukti 'Percantik' Laporan Keuangan, Ini Sanksi Garuda

Jika Terbukti 'Percantik' Laporan Keuangan, Ini Sanksi Garuda

Danang Sugianto - detikFinance
Sabtu, 04 Mei 2019 10:00 WIB
Jika Terbukti Percantik Laporan Keuangan, Ini Sanksi Garuda
Foto: Rachman Haryanto

PT Mahata Aero Teknologi ibarat menjadi penyelamat bagi laporan keuangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Kerja sama yang masih bersifat piutang itu menjadi 'bedak' bagi laporan keuangan Garuda Indonesia 2018 yang kini catatkan laba.

VP Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan menjelaskan, kerja sama dengan Mahata merupakan upaya bagi manajemen untuk mencari pendapatan tambahan (ancillary). Caranya dengan meningkatkan pelayanan bagi penumpang melalui penyediaan konektivitas internet.

"Itu kan pemasangan wifi, poinnya bagian dari Garuda Grup meningkatkan layanan ke penumpang. Penumpang akan mendapatkan layanan khususnya wifi tanpa membayar. Tapi itu jadi revenue tambahan buat kita," terangnya di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Jumat (3/5/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penumpang Garuda Indonesia bisa menikmati konektivitas internet di pesawat secara gratis. Lalu bagaimana Garuda Indonesia bisa memperoleh pendapatan hingga US$ 239,94 juta atau sekitar Rp 3,36 triliun dari kerja sama dengan Mahata tersebut?

Dijelaskan Ikhsan, Mahata sebagai penyedia akses wifi di dalam pesawat akan menjual slot iklan dalam fasilitas wifi tersebut. Dari situ lah perusahaan yang baru berdiri November 2017 itu akan mendapatkan pemasukan.

Ikhsan mengatakan, Garuda secara grup memiliki penumpang yang cukup banyak sekitar 50 juta penumpang per tahun. Jumlah penumpang itulah yang akan 'dijual' Mahata ke pengiklan nantinya.

"Jadi Garuda market place 50 juta (penumpang) kan secara grup. Itu yang kita monetize. Sekarang poinnya penumpang kita 50 juta bersama Citilink. Itu bagian pengembangan dari ancillary kita," ujarnya.

Nah, karena Mahata sudah mendapatkan untung dari potensi penumpang Garuda Indonesia itu dan memanfaatkan armada pesawat Garuda, Mahata akan membayar kompensasi ke maskapai pelat merah itu.

Sebagai gambaram Ikhsan mencontohkan, penjualan slot iklan dari fasilitas wifi itu bisa dihargai US$ 4 per penumpang. Jika Garuda Indonesia secara grup memiliki potensi penumpang 50 juta per tahun maka dari layanan itu bisa diperoleh pendapatan dari satu pengiklan sekitar US$ 200 juta.

"Katakanlah secara konservatif 50% (untuk Garuda) berarti US$ 100 juta. Itu lah pendapatan yang diterima ke depan secara pembagian," tuturnya.

(das/hns)
Hide Ads