Tutup Akhir Pekan, Rupiah Paling Perkasa di Asia

Tutup Akhir Pekan, Rupiah Paling Perkasa di Asia

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 22 Jun 2019 11:29 WIB
1.

Tutup Akhir Pekan, Rupiah Paling Perkasa di Asia

Tutup Akhir Pekan, Rupiah Paling Perkasa di Asia
Foto: Pradita Utama
Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat mengalami penguatan. Hal ini terjadi paska kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia (BI) yang menurunkan giro wajib minimum (GWM).

Pada Jumat pagi, rupiah sempat menguat paling tajam dibandingkan negara Asia lainnya. Berikut berita selengkapnya :
Mengutip data RTI Jumat (21/6/2019), rupiah menjadi mata uang yang paling kuat menekan dolar AS setelah berhasil lompat dari level Rp 14.140 ke level Rp 14.075 hingga pagi hari ini. Dengan demikian saat ini menjadi mata uang paling kuat di Asia berdasarkan nilai tukar terhadap dolar AS.

Penguatan rupiah lebih tajam lagi jika dibandingkan terhadap posisi pada Kamis (20/6) pagi kemarin. Dolar AS kemarin masih berada di level Rp 14.230.

Setelah rupiah, mata uang lainnya yang menekan dolar AS paling dalam pagi ini secara berturut-turut dolar Taiwan, baht Thailand, dolar New Zealand dan dolar Kanada. Adapun dolar AS sendiri hanya berhasil unggul terhadap won Korsel dan ringgit Malaysia.

Sedangkan rupiah hingga pukul 09.50 WIB tercatat masih 'hijau' terhadap seluruh mata uang negara utama dunia. Rupiah paling kuat menekan won Korsel, ringgit Malaysia, peso Filipina, yuan China dan dolar AS.

Sebelumnya Bank Indonesia (BI) mencatat hingga 19 Juni 2019, nilai tukar rupiah menguat 0,04% sampai 19 Juni 2019 secara point to point dibandingkan dengan level akhir Mei 2019, dan 0,69% secara rerata dibandingkan level Mei 2019.

Perkembangan positif pada Juni 2019 didorong persepsi terhadap prospek ekonomi Indonesia yang tetap baik, termasuk peningkatan sovereign rating Indonesia oleh Standard and Poor's (S&P), di samping prakiraan arah kebijakan moneter global yang melonggar.

Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat rupiah. Ke depan, BI memandang nilai tukar rupiah akan bergerak stabil sesuai dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga.

Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan penguatan nilai rupiah pagi tadi disebabkan oleh kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia (BI). Faktor global juga mendukung menguatnya rupiah.

"Saya kira penyebab penguatan rupiah hari ini adalah kebijakan BI kemarin, sementara untuk faktor global tidak ada isu negatif terhadap rupiah," kata Piter saat dihubungi detikFinance, Jumat (21/6/2019).

Piter mengungkapkan, kebijakan penurunan giro wajib minimum 50 basis poin (bps) diapresiasi positif oleh pasar.

"Pasar mengapresiasi positif pilihan kebijakan BI, menahan suku bunga sementara untuk melonggarkan likuiditas dengan menurunkan GWM," jelas dia.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi pagi ini terjadi akibat derasnya aliran modal asing yang masuk ke Indonesia.

"Alhamdulillah nilai tukar stabil dan kuat, kemarin ditutup di level Rp 14.180, hari ini sempat di bawah Rp 14.100 meski sekarang sudah sedikit di atas Rp 14.100," kata Perry di Gedung BI, Jakarta, Jumat (21/6/2019).

Dia menjelaskan pasar saat ini sudah menilai persepsi perekonomian Indonesia mulai membaik.

"Selain itu juga karena langkah BI untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," imbuh dia.

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini dolar AS tercatat Rp 14.116, menguat dibandingkan periode hari sebelumnya Rp 14.236.

Kemudian berdasarkan data Reuters dolar AS tercatat Rp 14.125, tertinggi mencapai Rp 14.140 dan terendah Rp 14.085.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan persepsi investor asing ke Indonesia semakin baik. Hal ini tercermin dari credit default swap (CDS) yang turun dari 101,94 menjadi 87,9.

Dia menyebutkan secara year to date (ytd) modal asing yang masuk mencapai Rp 130,24 triliun, terdiri dari surat berharga negara (SBN) Rp 72,96 triliun dan untuk saham Rp 58,95 triliun.

"Dalam minggu terakhir memang investor asing net beli, antara lain memang minggu lalu karena ada lelang SBN demikian juga dalam minggu ini terjadi aliran modal asing yang masuk," ujar Perry di Gedung BI, Jakarta, Jumat (21/6/2019).

Perry mengatakan selama 3 hari, yakni 17 - 20 Juni 2019 aliran modal asing yang masuk ke Indonesia tercatat Rp 23,6 triliun di antaranya Rp 22,6 triliun terdiri dari saham.

"Terutama memang pada beberapa minggu terakhir khususnya masuk ke SBN," jelas dia.

Perkembangan positif pada Juni 2019 didorong persepsi terhadap prospek ekonomi Indonesia yang tetap baik, termasuk peningkatan sovereign rating Indonesia oleh Standard and Poor's (S&P), di samping prakiraan arah kebijakan moneter global yang melonggar.

Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah. Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah akan bergerak stabil sesuai dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga.

"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik di pasar uang maupun valas," katanya.

Hide Ads