Fakta Seputar Surat Utang 'James Bond' untuk Milenial

Fakta Seputar Surat Utang 'James Bond' untuk Milenial

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 12 Jul 2019 07:30 WIB
Fakta Seputar Surat Utang James Bond untuk Milenial
Ilustrasi Foto: Daniel Craig (dok.Twitter James Bond)
Jakarta - Pemerintah kembali menerbitkan instrumen Surat Utang Negara (SUN). Tujuannya untuk membiayai anggaran negara untuk pembangunan.

Kali ini pemerintah menerbitkan SUN ritel berbasis online (e-SBN). Instrumen ini diberi nama Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR007, mirip dengan kode agen rahasia di cerita fiksi James Bond.

SBR0007 ini ditujukan khusus untuk kaum milenial. Cara pembeliannya pun dibuat semudah mungkin dengan metode serba online. Pembelian unit juga sangat terjangkau, minimal Rp 1 juta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari sisi keuntungannya cukup menaik. Kupon yang ditetapkan mengambang dengan batasan tingkat kupon minimal (floating with floor). Batasan paling bawah adalah 7,5%.

Begini fakta-faktanya, klik selanjutnya untuk halaman berikutnya.
SBR007 telah resmi diluncurkan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan. Seremonial dilakukan di Almond Zucchini, Jakarta, Kamis (11/7/2019).

"SBR007 itu produk pemerintah untuk membiayai APBN. Jadi ini diterbitkan oleh pemerintah," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Luky Alfirman.

SBR007 ini merupakan obligasi negara tanpa warkat. Instrumen ini memiliki karakteristik tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Juga tidak dapat dicairkan sampai dengan jatuh tempo, kecuali pada masa pelunasan aebelum jatuh tempo.

Instrumen investasi ini bisa dibeli dengan minimum pemesanan sebesar Rp 1 juta dan maksimal Rp 3 miliar. Isntrumen ini sudah bisa dibeli mulai hari ini pukul 09.00 WIB hingga penutupan 25 Juli 2019 pukul 10.00 WIB.

SBR007 ini memiliki kupon berjenis mengambang dengan batasan tingkat kupon minimal (floating with floor). Kuponnya akan mengacu pada suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7 days reverse repo rate.

Penghitungan kuponnya adalah suku bunga acuan BI ditambah spread tetap 1,5%. Untuk tingkat kupon periode 3 bulan pertama (Juli-Oktober 2019) suku bunga acuan yang berlaku diambil di level 6%. Itu artinya kupon yang diberikan 7,5%.

Level 7,5% juga menjadi batasan kupon minimal. Itu artinya meskipun BI menurunkan suku bunga acuannya, kupon SBR007 tetap di 7,5%. Namun jika BI menaikan suku bunga acuan kupon SBR007 akan ikut naik.

Untuk pembayaran kupon pertama kali dilakukan pada 10 September 2019. Selanjutnya kupon akan dibayarkan setiap tanggal 10 setiap bulannya.

SBR007 ini ditetapkan tanggal jatuh temponya pada 10 Juli 2021. Meski tak bisa dicairkan hingga jatuh tempo itu, ada masa early redemption yang jatuh pada 10 Agustus 2020. Namun maksimal yang bisa dicairkan adalah 50%.

SBR007 telah resmi diluncurkan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan. Seremonial dilakukan di Almond Zucchini, Jakarta, Kamis (11/7/2019).

"SBR007 itu produk pemerintah untuk membiayai APBN. Jadi ini diterbitkan oleh pemerintah," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Luky Alfirman.

SBR007 ini merupakan obligasi negara tanpa warkat. Instrumen ini memiliki karakteristik tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Juga tidak dapat dicairkan sampai dengan jatuh tempo, kecuali pada masa pelunasan aebelum jatuh tempo.

Instrumen investasi ini bisa dibeli dengan minimum pemesanan sebesar Rp 1 juta dan maksimal Rp 3 miliar. Isntrumen ini sudah bisa dibeli mulai hari ini pukul 09.00 WIB hingga penutupan 25 Juli 2019 pukul 10.00 WIB.

SBR007 ini memiliki kupon berjenis mengambang dengan batasan tingkat kupon minimal (floating with floor). Kuponnya akan mengacu pada suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7 days reverse repo rate.

Penghitungan kuponnya adalah suku bunga acuan BI ditambah spread tetap 1,5%. Untuk tingkat kupon periode 3 bulan pertama (Juli-Oktober 2019) suku bunga acuan yang berlaku diambil di level 6%. Itu artinya kupon yang diberikan 7,5%.

Level 7,5% juga menjadi batasan kupon minimal. Itu artinya meskipun BI menurunkan suku bunga acuannya, kupon SBR007 tetap di 7,5%. Namun jika BI menaikan suku bunga acuan kupon SBR007 akan ikut naik.

Untuk pembayaran kupon pertama kali dilakukan pada 10 September 2019. Selanjutnya kupon akan dibayarkan setiap tanggal 10 setiap bulannya.

SBR007 ini ditetapkan tanggal jatuh temponya pada 10 Juli 2021. Meski tak bisa dicairkan hingga jatuh tempo itu, ada masa early redemption yang jatuh pada 10 Agustus 2020. Namun maksimal yang bisa dicairkan adalah 50%.

Luky mengatakan, sama seperti instrumen investasi lainnya, SBR007 juga punya beberapa kelebihan yang tidak dimiliki jenis investasi lainnya. Pertama produk ini diterbitkan oleh pemerintah untuk membiayai APBN.

"Jadi ini diterbitkan oleh pemerintah. Kalau diterbitkan pemerintah itu Insya Allah aman. Enggak pernah dengar kan pemerintah default (gagal bayar). Atau kita tunda dulu pembayaran, enggak ada. Jadi Insya Allah aman," tambahnya.

Kedua dari segi return, SBR007 diyakini cukup menarik. SBR007 ini memiliki kupon berjenis mengambang dengan batasan tingkat kupon minimal (floating with floor). Kuponnya akan mengacu pada suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7 days reverse repo rate.

Penghitungan kuponnya adalah suku bunga acuan BI ditambah spread tetap 1,5%. Untuk tingkat kupon periode 3 bulan pertama (Juli-Oktober 2019) suku bunga acuan yang berlaku diambil di level 6%. Itu artinya kupon yang diberikan 7,5%.

Level 7,5% juga menjadi batasan kupon minimal. Itu artinya meskipun BI menurunkan suku bunga acuannya, kupon SBR007 tetap di 7,5%. Namun jika BI menaikan suku bunga acuan kupon SBR007 akan ikut naik.

"Ini penyesuaiannya 3 bulan sekali. Kalau BI rate naik, kupon ikut naik. Tapi kalau BI rate turun ada floor yakni 7,5%," tambah Luky.

Ketiga, SBR007 menawarkan kemudahan karena dapat dibeli secara online. Instrumen investasi ini bisa dibeli dengan minimum pemesanan sebesar Rp 1 juta dan maksimal Rp 3 miliar.

"Jadi ini cocok buat anak muda," ujarnya.

Luky mengatakan, sama seperti instrumen investasi lainnya, SBR007 juga punya beberapa kelebihan yang tidak dimiliki jenis investasi lainnya. Pertama produk ini diterbitkan oleh pemerintah untuk membiayai APBN.

"Jadi ini diterbitkan oleh pemerintah. Kalau diterbitkan pemerintah itu Insya Allah aman. Enggak pernah dengar kan pemerintah default (gagal bayar). Atau kita tunda dulu pembayaran, enggak ada. Jadi Insya Allah aman," tambahnya.

Kedua dari segi return, SBR007 diyakini cukup menarik. SBR007 ini memiliki kupon berjenis mengambang dengan batasan tingkat kupon minimal (floating with floor). Kuponnya akan mengacu pada suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7 days reverse repo rate.

Penghitungan kuponnya adalah suku bunga acuan BI ditambah spread tetap 1,5%. Untuk tingkat kupon periode 3 bulan pertama (Juli-Oktober 2019) suku bunga acuan yang berlaku diambil di level 6%. Itu artinya kupon yang diberikan 7,5%.

Level 7,5% juga menjadi batasan kupon minimal. Itu artinya meskipun BI menurunkan suku bunga acuannya, kupon SBR007 tetap di 7,5%. Namun jika BI menaikan suku bunga acuan kupon SBR007 akan ikut naik.

"Ini penyesuaiannya 3 bulan sekali. Kalau BI rate naik, kupon ikut naik. Tapi kalau BI rate turun ada floor yakni 7,5%," tambah Luky.

Ketiga, SBR007 menawarkan kemudahan karena dapat dibeli secara online. Instrumen investasi ini bisa dibeli dengan minimum pemesanan sebesar Rp 1 juta dan maksimal Rp 3 miliar.

"Jadi ini cocok buat anak muda," ujarnya.

Pemerintah sendiri menunjuk 20 mitra distribusi yang terdiri dari 12 bank umum, 3 perusahaan sekuritas, 3 perusahaan efek khusus berbasis teknologi dan 2 perusahaan fintech peer to peer lending. SBR007 bisa dibeli secara online melalui mitra distribusi tersebut.

Caranya dengan membuka website masing-masing mitra distribusi, kemudian lakukan registrasi secara online. Investor melakukan registrasi melalui sistem online Midis. Bagi investor baru perlu membuat Single Investor Identification (SID) dan rekening surat berharga via sistem pemesanan online.

Setelah pendaftaran, lakukan pemesanan melalui sistem elektronik Midis. Tentunya setelah membaca ketentuan dalam memorandum informasi.

Setelah orderan terverifikasi, investor akan mendapatkan kode pembayaran (billing code) via sistem elektronik Midis atau email kepada investor. Billing code digunakan untuk penyetoran dana sesuai pemesanan.

Setelah itu lakukan pembayaran yang melalui seluruh Bank/Pos Persepsi dengan berbagai saluran pembayaran seperti teller, ATM, internet banking dan mobile banking. Batasan waktu pembayaran maksimal 3 jam sejak pemesanan dinyatakan terverifikasi.

Kemudian calon investor memperoleh NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) dan notifikasi completed order via sistem elektronik Midis dan email yang terdaftar. Setelah itu baru diterima bukti kepemilikan SBR via sistem elektronik Midis dan email yang terdaftar.

Berikut daftar mitra distribusi SBR007; Bank Central Asia, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Permata, Bank Rakyat Indonesia, Bank Tabungan Negara, Bank Maybank Indonesia, Bank CIMB Niaga, Bank OCBC NISP, Bank Panin, Bank DBS Indonesia, Bank HSBC Indonesia

Trimegah Sekuritas Indonesia, Danareksa Sekuritas, Bahana Sekuritas, Bareksa Portal Investasi, Star Mercato Capitale, Nusantara Sejahtera Investama, Investree Radhika Jaya (Investree) dan Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku).

Pemerintah sendiri menunjuk 20 mitra distribusi yang terdiri dari 12 bank umum, 3 perusahaan sekuritas, 3 perusahaan efek khusus berbasis teknologi dan 2 perusahaan fintech peer to peer lending. SBR007 bisa dibeli secara online melalui mitra distribusi tersebut.

Caranya dengan membuka website masing-masing mitra distribusi, kemudian lakukan registrasi secara online. Investor melakukan registrasi melalui sistem online Midis. Bagi investor baru perlu membuat Single Investor Identification (SID) dan rekening surat berharga via sistem pemesanan online.

Setelah pendaftaran, lakukan pemesanan melalui sistem elektronik Midis. Tentunya setelah membaca ketentuan dalam memorandum informasi.

Setelah orderan terverifikasi, investor akan mendapatkan kode pembayaran (billing code) via sistem elektronik Midis atau email kepada investor. Billing code digunakan untuk penyetoran dana sesuai pemesanan.

Setelah itu lakukan pembayaran yang melalui seluruh Bank/Pos Persepsi dengan berbagai saluran pembayaran seperti teller, ATM, internet banking dan mobile banking. Batasan waktu pembayaran maksimal 3 jam sejak pemesanan dinyatakan terverifikasi.

Kemudian calon investor memperoleh NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) dan notifikasi completed order via sistem elektronik Midis dan email yang terdaftar. Setelah itu baru diterima bukti kepemilikan SBR via sistem elektronik Midis dan email yang terdaftar.

Berikut daftar mitra distribusi SBR007; Bank Central Asia, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Permata, Bank Rakyat Indonesia, Bank Tabungan Negara, Bank Maybank Indonesia, Bank CIMB Niaga, Bank OCBC NISP, Bank Panin, Bank DBS Indonesia, Bank HSBC Indonesia

Trimegah Sekuritas Indonesia, Danareksa Sekuritas, Bahana Sekuritas, Bareksa Portal Investasi, Star Mercato Capitale, Nusantara Sejahtera Investama, Investree Radhika Jaya (Investree) dan Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku).

Sebagai simulai, misalnya investor membeli SBR007 Rp 10.000.000. Dengan kupon 7,5% maka uang dari kupon yang didapat dalam satu tahun adalah Rp 750.000.

Kemudian angka itu dibagi 12, maka uang dari hasil kupon yang diterima setiap bulan adalah Rp 62.500. Kemudian dipotong pajak 15% dari kupon per bulan sebesar Rp 9.375. Maka kupon bersih yang diterima setiap bulannya adalah Rp 53.125.

Masa SBR007 adalah 2 tahun dengan tanggal jatuh tempo pada 10 Juli 2021. Jika dikalikan 24 bulan maka jumlah kupon yang diterima Rp 1,27 juta. Total uang yang diterima nantinya bersamaan dengan uang pembelian adalah Rp 11,27 juta.

Hitungan itu masih berdasarkan asumsi kupon paling dasar. SBR007 sendir memiliki kupon berjenis mengambang dengan batasan tingkat kupon minimal (floating with floor).

Kuponnya akan mengacu pada suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7 days reverse repo rate. Penghitungan kuponnya adalah suku bunga acuan BI ditambah spread tetap 1,5%.

Untuk tingkat kupon periode 3 bulan pertama (Juli-Oktober 2019) suku bunga acuan yang berlaku diambil di level 6%. Itu artinya kupon yang diberikan 7,5%. Level 7,5% juga menjadi batasan kupon minimal.

Itu artinya meskipun BI menurunkan suku bunga acuannya, kupon SBR007 tetap di 7,5%. Namun jika BI menaikan suku bunga acuan kupon SBR007 akan ikut naik.

SBR007 ini ditetapkan tanggal jatuh temponya pada 10 Juli 2021. Meski tak bisa dicairkan hingga jatuh tempo itu, pemerintah memberikan masa early redemption yang jatuh pada 10 Agustus 2020. Namun maksimal yang bisa dicairkan adalah 50%.

Sebagai simulai, misalnya investor membeli SBR007 Rp 10.000.000. Dengan kupon 7,5% maka uang dari kupon yang didapat dalam satu tahun adalah Rp 750.000.

Kemudian angka itu dibagi 12, maka uang dari hasil kupon yang diterima setiap bulan adalah Rp 62.500. Kemudian dipotong pajak 15% dari kupon per bulan sebesar Rp 9.375. Maka kupon bersih yang diterima setiap bulannya adalah Rp 53.125.

Masa SBR007 adalah 2 tahun dengan tanggal jatuh tempo pada 10 Juli 2021. Jika dikalikan 24 bulan maka jumlah kupon yang diterima Rp 1,27 juta. Total uang yang diterima nantinya bersamaan dengan uang pembelian adalah Rp 11,27 juta.

Hitungan itu masih berdasarkan asumsi kupon paling dasar. SBR007 sendir memiliki kupon berjenis mengambang dengan batasan tingkat kupon minimal (floating with floor).

Kuponnya akan mengacu pada suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7 days reverse repo rate. Penghitungan kuponnya adalah suku bunga acuan BI ditambah spread tetap 1,5%.

Untuk tingkat kupon periode 3 bulan pertama (Juli-Oktober 2019) suku bunga acuan yang berlaku diambil di level 6%. Itu artinya kupon yang diberikan 7,5%. Level 7,5% juga menjadi batasan kupon minimal.

Itu artinya meskipun BI menurunkan suku bunga acuannya, kupon SBR007 tetap di 7,5%. Namun jika BI menaikan suku bunga acuan kupon SBR007 akan ikut naik.

SBR007 ini ditetapkan tanggal jatuh temponya pada 10 Juli 2021. Meski tak bisa dicairkan hingga jatuh tempo itu, pemerintah memberikan masa early redemption yang jatuh pada 10 Agustus 2020. Namun maksimal yang bisa dicairkan adalah 50%.



Simak Video "Video: Kala Sri Mulyani Ungkap Surat Utang Negara Laku Keras di Tengah IHSG Anjlok"
[Gambas:Video 20detik]
Hide Ads