Ahli Masih Meragukan
Sejumlah ahli meragukan rencana itu. Profesor ekonomi di Universiti Malaya, Nazari Ismail misalnya, mengatakan Arab Saudi tidak tertarik pada gagasan itu karena merupakan negara yang berpengaruh di dunia Muslim dan merupakan negara tuan rumah dari Organisasi Kerjasama Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga mengatakan Qatar mengekspor banyak gas alam dan kemungkinan akan lebih suka menggunakan dolar AS. Sementara sektor swasta Turki memiliki utang luar negeri yang besar dan hampir seluruhnya dalam mata uang dolar AS.
"Dengan kata lain mereka akan membutuhkan banyak dolar AS untuk membayar kembali utang mereka dalam mata uang dolar," katanya dikutip detikcom dari Malaysia Today, Jumat (27/12/2019).
Nazari mengatakan sektor swasta di semua negara, termasuk negara-negara Muslim tertarik pada transfer uang internasional yang cepat dan efisien, yaitu dolar AS.
Sementara itu, analis dan konsultan bisnis Hoo Kee Ping mengatakan Mahathir belum mendefinisikan jenis emas yang akan digunakan untuk dinar, apakah emas fisik, emas berjangka atau emas digital.
"Dengan asumsi jika dia mengacu pada emas fisik, di mana kita menemukan banyak emas untuk mendukung uang kertas," katanya, sambil menunjukkan bahwa salah satu alasan Depresi Besar tahun 1930-an adalah ketergantungan pada mata uang yang didukung dengan emas.
Dia mengatakan sulit bagi dunia untuk menghindari dolar AS sebagai mata uang internasional. Eropa telah mencoba dengan menciptakan mata uang Euro tetapi gagal untuk menantang dolar AS. Bagaimana dengan Indonesia, bisakah menerapkan sistem emas sebagai alat tukar mengganti dolar AS? Klik halaman selanjutnya
Simak Video "Video Boleh Nggak Kredit Emas dalam Islam?"
[Gambas:Video 20detik]