Gonjang-ganjing di pasar modal belakangan ini meningkatkan kekhawatiran para pelaku pasar. Bayangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari awal tahun sudah turun 17% lebih.
Direktur Utama PT Danareksa Investment Management (DIM), Marsangap P. Tamba mengatakan, anjloknya IHSG yang disebabkan virus corona cukup mempengaruhi industri reksa dana. Tentunya yang paling terpengaruh adalah produk reksa dana saham.
Menurut data yang dia jabarkan, unit penyertaan (UP) untuk produk reksadana berbasis ekuitas (saham) secara industri turun 4% dari Rp 152 miliar jadi Rp 145 miliar selama periode akhir 2019 hingga 20 Februari 2020. Sementara untuk UP reksa dana berbasis suku bunga cenderung flat yakni dari Rp 272 miliar menjadi Rp 275 miliar. Secara total UP industri reksa dana turun 1% dari Rp 424 miliar menjadi Rp 421 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski ada penurunan signifikan di UP reksa dana berbasis saham, Marsangap menilai belum ada aksi rush, atau penarikan besar-besar dari investor reksadana. Meski begitu sudah ada tanda-tanda nasabah mulai khawatir.
"Sampai Februari belum ada tendensi melakukan rush. Tapi ada tanda-tandanya dari equity mulai nervous swing-nya lebar. Sehingga ada nasabah-nasabah yang bidding. Tapi belum ada tanda-tanda kepanikan. Mudah-mudahan tidak ada," tuturnya di Penang Bistro Kebon Sirih, Jakarta, Selasa (10/3/2020).
Menurut Marsangap, pasar modal akan terus bergejolak hingga data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2020 keluar. Jika masih di atas 5%, kemungkinan gejolak akan pulih. Tapi jika di bawah 5% maka IHSG masih akan bergejolak.
Meski gejolak di pasar modal berlanjut, dia yakin tidak terjadi rush di produk reksa dana. Sebab nasabah reksa dana saat ini mayoritas institusi yang paham tentang investasi. Mereka akan cenderung memindahkan portofolionya dari reksadana saham ke reksadana yang lebih rendah risikonya.
"Tapi ritel itu rata-rata mereka juga sudah cukup paham produk reksa dana. Jadi kalau pun ada mini krisis, mereka pindah dari yang volatile ke yang stabil. Jadi tidak ambil uangnya terus simpan di bawah kasur. Hanya switching ke fixed income atau pasar uang," terangnya.
"Jadi so far sampai Februari belum ada indikasi nasabah rush. Itu agak penting pesannya. Industri reksa dana ini masih kecil sekali dari PDB kita, jadi sayang banget kalau yang kecil ini tambah turun," tambah Marsangap.
Baca juga: Sampai Kapan Pasar Saham Bikin Deg-degan? |
(das/fdl)