Untuk cadangan devisa (cadev) sendiri, Perry memastikan kondisinya masih lebih dari cukup. Hingga akhir Februari 2020 posisinya masih US$ 130,4 miliar.
"Tentu saja berkoordinasi dengan pemerintah, Menkeu, Menteri BUMN, tentu saja langkah lanjutan akan dilakukan bagaimana kemudian berbagai program maupun pembiayaan budget nanti juga akan didatangkan devisa," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, BI juga masih terus melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) yang dilepas oleh investor asing. Total SBN yang sudah dibeli BI dari investor asing mencapai Rp 163 triliun.
"Sehingga ini bisa kurangi tekanan pada pasar SBN. Dengan OJK kami koordinasi dengan menjaga pasar tetap berjalan. Fokus kami menjaga confidence, memastikan bekerjanya mekanisme pasar, dan menjaga kecukupan likuiditas baik rupiah maupun valas," tambahnya.
Perry menjelaskan, yang terjadi saat ini adalah kepanikan investor yang merata di seluruh pasar keuangan. Sebab virus corona begitu cepat menyebar ke berbagai negara termasuk negara maju.
Kepanikan itu membuat para investor melakukan penjualan asetnya secara bersamaan dan menerimanya dalam bentuk dolar AS. Hal itulah yang membuat dolar AS menggila, lantaran banyak diserap oleh pasar termasuk di Indonesia.
Menurut data yang dia punya, hingga 19 Maret 2020 telah terjadi penarikan dana asing (capital outflow) yang totalnya mencapai Rp 105,1 triliun. Terdiri dari SBN yang dilepas asing Rp 92,8 triliun dan pasar saham Rp 8,3 triliun.
(kil/ara)