Perry menyebutkan ada bilateral swap antara BI dengan sejumlah bank sentral. Misalnya dengan bank sentral China sebesar US$ 30 miliar, bank sentral Jepang US$ 22,76 miliar, bank sentral Singapura US$ 7-10 miliar dan Korea Selatan US$ 10 miliar.
Kemudian BI juga bekerja sama dengan The Federal Reserve untuk penyediaan fasilitas repurchase agreement line. Fasilitas ini dapat digunakan saat Indonesia membutuhkan likuiditas dolar AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nilai kerja sama ini sebesar US$ 60 miliar. Repo line tersebut akan digunakan jika BI memerlukan tambahan likuiditas dolar AS.
"Ini memang tidak menambah cadangan devisa, tapi akan sangat membantu penyediaan kebutuhan dolar saat terjadi keketatan di global," ujarnya.
Baca juga: Rupiah Menguat, Dolar AS Parkir di Rp 16.288 |
Dia menyebut The Fed hanya memberikan fasilitas repo line atau yang juga dikenal dengan foreign and international monetary authorities (FIMA) repo facility itu ke hanya ke sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Dalam konteks kita memerlukan likuiditas dolar itu tadi, sebagian dari cadangan devisa kita yang dalam bentuk sekuritas atau surat-surat berharga treasury dari AS, apakah obligasi, bisa digunakan untuk underlying untuk melakukan repo antara BI dengan Fed untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dolar tadi," kata dia.
Simak Video "Video Ketua MPR soal Rupiah Nyaris Rp 17 Ribu Per USD: Momentum Tingkatkan Ekspor"
[Gambas:Video 20detik]