Respons Data Konsumen, Bursa Saham AS Dibuka Menguat

Respons Data Konsumen, Bursa Saham AS Dibuka Menguat

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 28 Agu 2020 21:44 WIB
Bursa Saham Wall Street
Ilustrasi/Foto: Dok. Reuters
Jakarta -

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street dibuka menguat pada perdagangan Jumat (7/8/2020). Hal itu sebagai respons pasar atas prospek suku bunga super rendah yang dipertahankan oleh bank sentral AS The Fed dan menyambut data konsumen bulan Juli.

Mengutip Reuters, Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 106 poin atau 0,37% pada pembukaan perdagangan pukul 8.59 waktu setempat. Indeks Nasdaq Composite naik 8 poin, atau 0,07%. Lalu indeks S&P 500 naik 7,5 poin atau 0,22%.

Federal Reserve pada hari Kamis mengumumkan rencana untuk mendukung inflasi dan memulihkan ekonomi AS dari penurunan terbesarnya sejak Depresi Hebat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Data pada hari Jumat menunjukkan belanja konsumen AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada bulan Juli, meskipun momentumnya kemungkinan akan surut karena pandemi COVID-19 tetap ada dan stimulus fiskal mengering.

"Tidak diragukan lagi, belanja konsumen akan berada di bawah tekanan sampai kami mendapatkan dukungan fiskal tambahan," kata Albert Brenner, Direktur Strategi Alokasi Aset di People's United Advisors di Bridgeport, Connecticut.

ADVERTISEMENT

Benchmark S&P 500 dan Nasdaq telah mencapai rekor tertinggi, sebagian didukung oleh reli di saham teknologi, sementara blue-chip Dow sempat berbalik positif pada tahun ini pada hari Kamis.

"Kami ingin melihat semacam perluasan (saham dalam reli); yang akan menunjukkan kepada kami kepercayaan yang lebih besar dari para pelaku pasar dalam pemulihan ekonomi," kata Brenner.

Kemajuan dalam perlombaan untuk mengembangkan pengobatan dan vaksin untuk COVID-19 juga menambah semangat. Unit Janssen Johnson & Johnson mengatakan akan memperluas pengujian untuk vaksin virus Corona eksperimental ke Spanyol, Belanda dan Jerman minggu depan.

Sementara itu, kampanye pemilu AS memasuki tahap terakhirnya dengan nominasi Partai Republik dari Presiden AS Donald Trump untuk masa jabatan kedua. Analis memperkirakan volatilitas pasar akan meningkat lagi menjelang pemungutan suara di bulan November.




(toy/hns)

Hide Ads