Namun sejauh ini, ETF mulai menunjukkan perkembangan yang positif. Dalam tiga tahun terakhir, terjadi peningkatan jumlah produk, yang mana pada 2017 baru terdapat 14 produk, kemudian di 2018 meningkat menjadi 24 produk, lalu menjadi 38 produk di 2019. Terakhir, hingga 23 Juni 2020 sudah ada 45 ETF yang tercatat di BEI. Artinya ada peningkatan hingga 7 produk dalam jangka waktu 1 tahun saja.
Padahal di awal tahun kemunculannya di 2007, baru ada 2 ETF yang tercatat di BEI dan baru mengalami peningkatan dalam kurun waktu 6 tahun, itu pun hanya meningkat menjadi 5 produk saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah ETF terbanyak di ASEAN. Peringkat itu mengalahkan Singapura yang hanya 28 ETF, Malaysia 20 ETF, Thailand 16 ETF, serta Filipina yang hanya punya 1 ETF.
Perkembangan ETF ini diikuti juga dengan peningkatan dealer participant-nya. Sampai sejauh ini sudah ada 7 dealer participant yang memasarkan produk investasi satu ini.
"Sampai 2 tahun lalu dealer participant kita sangat terbatas hanya ada 2 dan ada hanya 1 yang aktif, misalnya Indo Premier Sekuritas, mungkin 2 tahun lalu dikenal sebagai satu-satunya dealer participant yang aktif. Tapi alhamdulillah dalam perkembangan 2 tahun ini kita berhasil mendorong dan menciptakan ekosistem yang menarik minat para dealer participant lainnya sehingga per hari ini sudah ada 7 dealer participant dan tampaknya ke-7 dealer participant ini mulai aktif," paparnya.
Perkembangan reksadana ETF yang begitu pesat ini membuat BEI semakin semangat memperkenalkan produk ini ke masyarakat terutama investor ritel di tengah minat terhadap investasi yang juga kian meningkat setiap tahunnya.
"Kami akan terus melakukan sosialisasi dan edukasi secara online melalui media sosial, juga di sekolah-sekolah pasar modal di mana materi yang fokus disampaikan terkait dengan produk-produk alternatif tersebut," imbuhnya.
(ara/ara)