Trump atau Biden yang Menang, Dolar AS Diprediksi Tetap Loyo

Trump atau Biden yang Menang, Dolar AS Diprediksi Tetap Loyo

Soraya Novika - detikFinance
Rabu, 04 Nov 2020 09:18 WIB
Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah akhirnya tembus ke level Rp 15.000. Ini adalah pertama kalinya dolar AS menyentuh level tersebut pada tahun ini.
Dolar AS/Foto: Rengga Sancaya

Kebijakan The Fed juga tak kalah penting. Siapa calon pemimpin The Fed yang dipilih Trump atau Biden menjadi penentu. Banyak yang meyakini, kedua calon presiden itu bakal menunjuk Jerome Powell untuk masa jabatan keduanya sebagai Gubernur The Fed.

Untuk diketahui, masa jabatan Powell baru berakhir pada Februari 2022, jadi dia kemungkinan harus dicalonkan kembali tahun depan agar memiliki cukup waktu untuk mendapatkan persetujuan Senat. Jika Powell tetap di posisi itu, investor mungkin akan mengharapkan suku bunga tetap lebih rendah untuk waktu yang lebih lama. Kebijakan ini kemudian bisa memberikan tekanan lebih lanjut pada dolar AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indeks dolar AS terhadap euro, pound Inggris, yen Jepang, dan beberapa mata uang global utama lainnya anjlok lebih dari 7% sejak Trump menjabat pada 2017 lalu.

Dolar AS sempat melonjak sebentar tahun ini sebelum ada COVID-19 yang mengerem ekonomi AS. Tapi sekarang turun sekitar 3%, meskipun penurunan itu bukan yang terburuk di dunia bagi investor, karena penurunan dolar AS adalah salah satu faktor penentu bagi investor untuk berkontribusi pada sebuah perusahaan teknologi besar dan perusahaan multinasional lainnya.

ADVERTISEMENT

Dolar AS yang lebih lemah memiliki keuntungan bagi perusahaan seperti Apple (AAPL), Coca-Cola (KO) dan Procter & Gamble (PG) karena membuat barang dan jasa mereka lebih murah untuk dibeli di pasar luar negeri.

Ada juga keuntungan akuntansi. Perusahaan diizinkan untuk melaporkan pendapatan yang lebih tinggi dari pasar luar negeri saat mereka menerjemahkan penjualan internasional ke dolar AS dalam rilis pendapatan kuartalan mereka.

Jadi, tidak juga akan menguntungkan Biden atau Trump saat menjalankan kebijakan ekonomi yang menyebabkan kenaikan substansial dalam dolar AS. Namun, perlu dicatat bahwa dolar AS tetap menjadi investasi safe haven saat terjadi gejolak.

Bagaimanapun, sementara seluruh dunia masih berupaya pulih dari pandemi, ekonomi AS membukukan pertumbuhan yang luar biasa pada kuartal III menyusul rekor penurunan pada kuartal II lalu.


(ara/ara)

Hide Ads