Bambang mengatakan akan menyerahkan bibit vaksin kepada Bio Farma pada Februari 2021 untuk dilakukan uji klinis kepada manusia. Setelah itu, Vaksin Merah Putih akan diproduksi paling cepat pada triwulan IV-2021.
"Kita harapkan bibit vaksinnya sudah bisa diserahkan 2021 awal dan produksinya bisa dilakukan paling lambat ya 2021 akhir karena antara menyerahkan bibit vaksin sampai ke produksi massal atau vaksinasi itu diperlukan waktu," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah diproduksi itu, vaksin bisa langsung disuntikkan ke masyarakat pada saat itu juga jika sudah mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Namun Bambang menyebut tidak mau terburu-buru dalam hal pengadaan Vaksin Merah Putih, yang terpenting adalah memastikan keamanan dan keefektifan dari vaksin tersebut.
"Sebenarnya begitu diproduksi kan bisa langsung dipakai vaksinasi, yang penting kan izinnya keluar. Yang harus dipahami vaksin itu bukan adu cepat, vaksin itu justru adu efficacy-nya. Percuma kita buru-buru cari vaksin tapi nanti vaksinnya berisiko, atau vaksinnya tidak manjur, jadi bisa saja vaksinnya aman tapi tidak efektif, artinya tidak efektif daya tahan tubuh yang ditimbulkan oleh vaksin itu bisa efektifitasnya kurang atau jangka waktunya pendek," ucapnya.
Saat ini Vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman, Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Airlangga sudah mencapai fase uji kepada hewan dan bakal diserahkan duluan ke Bio Farma. Dari 6 lembaga yang mengembangkan vaksin, tiga institusi itu yang paling cepat.
"Mereka bertiga ini tampaknya sudah relatif cukup maju dan kita harapkan bibit vaksinnya sudah bisa diserahkan 2021 awal. Khusus yang Eijkman karena itu langsung di bawah koordinasi kami, saat ini sedang persiapan untuk uji pra klinis di hewan dan targetnya Februari kita bisa serahkan bibit vaksin ke Bio Farma," imbuhnya.
(zlf/zlf)